Senin 10 Aug 2020 13:46 WIB

Kampus Swasta Harus Pandai Cari Bantuan di Saat Pandemi

Meski berdampak, belum ada dosen dan staf yang dirumahkan.

Rep: wilda Fizriyani/ Red: Hiru Muhammad
Mahasiswa dari Aksi Geruduk Kampus menggelar aksi unjuk rasa di halaman Kantor Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (disingkat LLDIKTI) Wilayah V,  Yogyakarta, Kamis (9/7). Dalam aksinya, salah satunya mereka menuntut transparansi pendidikan dan menggratiskan bias SPP kuliah selama pandemi Covid19.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Mahasiswa dari Aksi Geruduk Kampus menggelar aksi unjuk rasa di halaman Kantor Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (disingkat LLDIKTI) Wilayah V, Yogyakarta, Kamis (9/7). Dalam aksinya, salah satunya mereka menuntut transparansi pendidikan dan menggratiskan bias SPP kuliah selama pandemi Covid19.

REPUBLIKA.CO.ID,MALANG--Pandemi Covid-19 berpotensi memberikan dampak buruk terhadap keberlangsungan Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Pasalnya, banyak kampus telah memotong biaya SPP demi meringankan beban mahasiswa.

Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (Aptisi) Jawa Timur (Jatim) Profesor Suko Wiyono mengatakan, kampus swasta memang harus pintar mencari bantuan demi bertahan di tengah pandemi Covid-19. Pimpinan kampus harus mampu berkoodinasi dengan baik terhadap pemerintah dan lembaga-lembaga tertentu. "Misalnya Malang ini kebetulan wali kotanya memberikan bantuan walau enggak banyak," katanya, Senin (10/8).

Pemerintah Kota (Pemkot) Malang telah menyalurkan bantuan Rp 954.800.000 pada 17 kampus di Kota Malang. Bantuan ini diperuntukkan mahasiswa asal luar pulau yang tengah menempuh studi di kampus-kampus tersebut. Sebelum diberikan bantuan, Pemkot Malang sudah berkoordinasi dengan daerah asal mahasiswa agar tidak mengalami tumpang tindih."Ya intinya PTS harus cari bantuan seperti itu untuk hidup. Kalau enggak, ya repot. Pandemi memang berat (dampaknya) apalagi kita enggak tahu kondisi Covid-19 akan seperti apa," jelas Rektor Universitas Wishnuwardhana Kota Malang ini.

Selain itu, kampus juga harus bisa melakukan efisiensi demi bertahan di pandemi Covid-19. Pembelian aset-aset yang tidak perlu sebaiknya dihindarkan. Sekalipun membeli, kata Suko, fasilitas IT seharusnya diutamakan mengingat tengah menjalankan pembelajaran daring. Efisiensi juga dapat ditunjukkan pada pengeluaran biaya konsumsi rapat. Suko tak menampik, biaya kelompok ini paling besar pengeluarannya saat mengadakan rapat. 

"Terus macam-macam seperti kita seringkali kalau ucapan selamat pakai karangan bunga untuk pelantikan siapa di luar kampus. Itu sudah enggak ada, semuanya kita hilangkan," ucapnya.

Meski berdampak terhadap keberlangsungan kampus, Suko memastikan, belum ada dosen dan staf yang dirumahkan. Kampus harus berupaya agar fenomena tersebut tidak terjadi, apalagi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). "Tentunya jangka panjang kalau terus-terusan Covid-19 seperti ini, ya mau bagaimana lagi," katanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement