Senin 10 Aug 2020 12:09 WIB

Hutama Karya Maksimalkan Penggunaan PMN

Hutama Karya memperoleh dana PMN senilai total Rp 11 triliun.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Tol Pekanbaru-Dumai. PT Hutama Karya (Persero) memastikan akan memaksimalkan penggunaan Penyertaan Modal Negara (PMN) 2020 untuk perekonomian Sumatra. Khususnya melalui Proyek Strategis Nasional (PSN) Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).
Foto: Antara/Rony Muharrman
Tol Pekanbaru-Dumai. PT Hutama Karya (Persero) memastikan akan memaksimalkan penggunaan Penyertaan Modal Negara (PMN) 2020 untuk perekonomian Sumatra. Khususnya melalui Proyek Strategis Nasional (PSN) Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Hutama Karya (Persero) memastikan akan memaksimalkan penggunaan Penyertaan Modal Negara (PMN) 2020 untuk perekonomian Sumatra. Khususnya melalui Proyek Strategis Nasional (PSN) Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).

“Melalui PMN dengan total Rp 11 triliun di tahun 2020 ini, kami gunakan untuk mempercepat penyelesaian pembangunan JTTS demi memajukan perekonomian Indonesia,” kata Executive Vice President Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Muhammad Fauzan dalam pernyataan tertulisnya, Senin (10/8).

Baca Juga

Untuk memastikan pembangunannya, Fauzan mengatakan akan diterapkan dengan tata nilai amanah, kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif (AKHLAK). Dia menegaskan tata nilai baru tersebut menjadi pedoman perusahaan dalam menjalankan seluruh lini bisnis terutama JTTS.

Terlebih, sesuai dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), Fauzan mengatakan pembangunan di Indonesia tidak lepas dari posisinya yang berada dalam dinamika regional dan global. Secara geografis, Indonesia terletak di Kawasan Timur Asia termasuk Asia Tenggara yang merupakan jantung pertumbuhan ekonomi dunia.

Kondisi tersebut membuat Indonesia menjadi negara dengan luas kawasan terbesar, penduduk terbanyak dan sumber daya alam terkaya, salah satunya berada di Pulau Sumatra. “Sumatra menjadi sentra produksi dari pengolahan hasil bumi dan juga lumbung energi nasional. Kegiatan perekonomian utama Sumatra saat ini berfokus pada kelapa sawit, karet, batu bara, perkapalan dan besi baja,” jelas Fauzan.

Untuk itu, dia mengatakan nantinya dengan tersambungnya JTTS mulai dari Lampung hingga Banda Aceh diharapkan dapat memfasilitasi pengelolaan potensi sumber daya. Dengan begitu, Sumatra dapat menjadi mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia karena pengembangan kegiatan ekonomi utama juga memerlukan konektivitas.

Fauzan menuturkan konektivitas di Sumatra perlu didukung agar pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak hanya bertumpu di Pulau Jawa. Pertumbuhan ekonomi harus merata ke berbagai wilayah sehingga keseimbangan kondisi infrastruktur dapat tercapai.

Dengan infrastruktur jalan di Sumatra, Fauzan menilai akan banyak memberikan dampak positif kepada masyarakat serta meningkatkan produktivitas kegiatan ekonomi. “Sebagai contoh kelapa sawit, tingkat produksi Crude Palm Oil (CPO) ini sangat bergantung pada waktu tempuh karena kualitas Tandan Buah Segar (TBS) akan menurun dalam 48 jam setelah pemetikan. Namun dengan adanya JTTS, waktu tempuh menjadi singkat sehingga mampu meningkatkan kapasitas serta kualitas tak hanya kelapa sawit namun sumber daya alam lainnya,” jelas Fauzan.

Sementara itu, pengamat transportasi Universitas Syiah Kuala Sofyan M Saleh mengatakan keberadaan tol tersebut sangat dinantikan oleh masyarakat. Khususnya bagi masyarakat Aceh dengan adanya Tol Sigli-Banda Aceh yang merupakan bagian dari JTTS.

“Tol Sigli-Banda Aceh nantinya terhubung dan akan mempermudah akses menuju tempat-tempat strategis di Aceh. Masyarakat yang paham akan waktu tempuh akan melihat keberadaan jalan tol sebagai sebuah karya yang sangat bermanfaat,” ungkap Sofyan.

Saat ini, Hutama Karya sudah resmi menerima PMN sebesar Rp 11 triliun. Hingga saat ini, Hutama Karya sudah membangun JTTS sekitar 771 kilometer dengan 368 kilometer yang telah beroperasi secara penuh. Beberapa diantaranya yakni ruas Medan Binjai Seksi 2 dan 3 (17 kilometer), ruas Bakauheni-Terbanggi Besar (140 kilometer), ruas Palembang-Indralaya (22 kilometer), ruas Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung (189 kilometer). Rahayu Subekti

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement