Senin 10 Aug 2020 00:01 WIB

Seorang Imam Diserang, Warga Tunjukan Aksi Dukungan

Warga tunjukkan dukungan untuk imam yang diserang.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Hafil
Seorang Imam Diserang, Warga Tunjukan Aksi Dukungan. Foto: Shalat berjamaah.
Foto: VOA
Seorang Imam Diserang, Warga Tunjukan Aksi Dukungan. Foto: Shalat berjamaah.

REPUBLIKA.CO.ID, BLOOMINGTON—Serangan terhadap seorang pria berusia 50 tahun, yang diketahui merupakan seorang imam masjid Dar Al Farooq, membangkitkan kenangan kelam yang sempat menimpa masjid beberapa tahun terakhir.

Polisi Bloomington sedang menyelidiki serangan terhadap imam, Mohamed Mukhtar, yang saat kejadian, sedang berjalan untuk melaksanakan sholat malam, sekitar pukul 10 malam, ketika dua orang mendekati dan menyerangnya di area luar masjid Dar Al Farooq.

Baca Juga

Seorang saksi mata, Abdal Ali, berkata melihat sang imam telah berteriak kesakitan saat dia tiba di lokasi kejadian.

 “Saya berkata, 'Apa yang terjadi, Imam?'” Kata Ali, yang mengira Mukhtar jatuh begitu saja. 

“Dia berkata, 'Dua orang kulit putih menyerang saya, dan sepatu, topi, dan kacamata saya masih di jalan.  Bisakah kamu mengambilkan untukku?’” sambungnya yang dikutip di MPR News, Sabtu (8/8).

Pejabat masjid mengatakan, sang imam mengalami cedera di bagian bahu akibat serangan tersebut, dan kini sedang dalam perawatan di Rumah Sakit Fairview Southdale.

Insiden itu terjadi hanya satu hari setelah masjid tersebut mengalami insiden penyerangan pada 2017 lalu. Saat itu, sekelompok pria berkendara dari Illinois untuk mengebom masjid. Seseorang yang mengaku bersalah mengatakan bahwa mereka bertujuan untuk menakut-nakuti umat Islam di luar negeri.

Namun, awal pekan ini, seorang hakim federal sekali lagi menyatakan menunda persidangan terhadap tersangka pemimpin milisi Illinois yang dituduh mengepalai aksi pengeboman masjid.  Proses persidangan  Michael Hari, 49 tahun, yang dijatuhi kasus kejahatan rasial dan dakwaan bahan peledak atas serangan itu, diundur hingga 2 November mendatang karena pandemi.

Direktur eksekutif Dar Al Farooq, Mohamed Omar, mengatakan diskriminasi dan permusuhan yang terus-menerus terhadap masjid telah membuat para anggota merasa cemas. Awal musim panas ini, kata Omar, seorang pria berkemah di dekat masjid dengan mengibarkan bendera Konfederasi.

“Setiap beberapa bulan terjadi sesuatu, dan kami hanya berharap itu tidak berujung pada aksi penembakan massal atau pengeboman,” ujarnya.

Tahun lalu, masjid menjadi fokus pada serial video online yang diproduksi oleh situs media sosial sayap kanan. Video-video tersebut menyebarkan teori konspirasi yang menunjukkan umat Islam berada di negara itu untuk memberlakukan hukum Islam.

Disisi lain, warga dan pendukung masjid lainnya berkumpul di Bloomington pada Jumat (7/8) kemarin untuk menunjukkan solidaritas mereka. Aksi solidaritas ini sudah berjalan rutin sejak beberapa bulan terakhir.

Setiap Jumat sejak pengeboman 2017 lalu, kelompok yang sebagian besar merupakan penduduk kulit putih ini berdiri di sekitar lokasi pelaksanaan salat Jumat untuk memberikan rasa aman bagi umat Muslim. Setelah mendengar tentang penyerangan pada Kamis malam, keesokannya sekitar 50 orang muncul untuk mengucap belasungkawa.

“Reaksi saya sebagai orang kulit putih, tolong jangan lagi. Jangan lagi ada penyerangan,” kata Karen Wills, salah satu penyelenggara aksi.

“Tidak bisakah ini berhenti begitu saja?  Insiden khusus tentang seorang pria yang patah bahunya hanyalah tingkat keparahan yang meningkat dari hal-hal yang baru saja terjadi, hari demi hari,” sambungnya.

Sumber:

https://www.mprnews.org/story/2020/08/07/community-rallies-around-bloomington-mosque-after-imam-assaulted-on-the-way-to-prayer

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement