Ahad 09 Aug 2020 05:48 WIB

CDC Ungkap Masalah Rasial dalam Perawatan Anak di AS

Virus corona telah mengekspos masalah rasial di sistem perawatan kesehatan AS.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
Virus corona (ilustrasi). Di Amerika, dampak penyebaran virus corona pada anak-anak menjadi isu politik.
Foto: www.freepik.com
Virus corona (ilustrasi). Di Amerika, dampak penyebaran virus corona pada anak-anak menjadi isu politik.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dua laporan pemerintah mengungkap kesenjangan rasial dalam epidemi virus corona di Amerika Serikat (AS) meluas ke anak-anak. Kondisi ini pun muncul ketika dampak penyebaran Covid-19 pada anak-anak menjadi isu politik.

Salah satu laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengamati anak-anak dengan Covid-19 yang membutuhkan rawat inap. Anak-anak Hispanik atau keturunan latin dirawat di rumah sakit pada tingkat delapan kali lebih tinggi daripada anak-anak kulit putih. Sedangkan anak-anak kulit hitam dirawat di rumah sakit pada tingkat yang lima kali lebih tinggi.

Baca Juga

Laporan kedua memeriksa kasus sindrom terkait virus yang langka pada anak-anak. Ditemukan bahwa hampir tiga perempat dari anak-anak dengan sindrom tersebut adalah Hispanik atau hitam, jauh di atas representasi mereka dalam populasi umum dengan sekitar setengah dari anak-anak AS berkulit putih, sekitar 25 persen Hispanik, dan sekitar 14 persen berkulit hitam.

Virus corona telah mengekspos masalah rasial di sistem perawatan kesehatan AS. Hal ini disebabkan karena orang kulit hitam, Hispanik, dan penduduk asli Amerika telah dirawat di rumah sakit dan meninggal akibat Cobid-19 dengan tingkat yang jauh lebih tinggi daripada kelompok lain.

Sebagian besar kasus virus corona dan kematian terjadi pada orang dewasa, dan anak-anak dianggap cenderung tidak mengalami gejala serius saat terinfeksi. Dari hampir 5 juta kasus yang dilaporkan di AS pada 5 Agustus, sekitar 265.000 terjadi pada anak-anak berusia di bawah 17 tahun atau sekitar 5 persen. Dari lebih dari 156.000 kematian yang dilaporkan pada saat itu adalah 77 anak-anak atau sekitar 0,05 persen.

Laporan CDC pertama  didasarkan pada kasus-kasus dari 14 negara bagian. Para peneliti menghitung 576 anak dirawat di rumah sakit dari 1 Maret hingga 25 Juli. Setidaknya 12 anak cukup sakit sehingga membutuhkan mesin untuk membantu mereka bernapas dengan satu anak meninggal dunia.

Tingkat rawat inap untuk anak-anak Hispanik adalah sekitar 16,4 per 100.000 dan untuk anak kulit hitam adalah 10,5 per 100.000. Sedangkan anak kulit hanya putih 2,1 per 100.000.

Seperti halnya orang dewasa, banyak anak yang dirawat di rumah sakit memiliki masalah kesehatan, termasuk obesitas, kondisi paru-paru kronis dan dalam kasus bayi  kelahiran prematur. Pengawas badan pencegahan epidemi untuk organisasi data dan advokasi nirlaba Vital Strategies, Dr. Cyrus Shahpar, menyatakan, sejumlah faktor yang mungkin dapat menjelaskan perbedaan tersebut.

Persentase yang lebih besar dari anak-anak Hispanik dan kulit hitam ke ruang gawat darurat rumah sakit didorong oleh kesulitan untuk masuk atau membayar kunjungan ke dokter. Kurangnya akses ke perawatan kesehatan biasa dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah.

Sedangkan laporan CDC kedua berfokus pada 570 anak yang didiagnosis dengan kondisi langka atau sindrom inflamasi multisistem pada anak-anak (MIS-C). Dari total anak yang memiliki MIS-C, 10 dari mereka meninggal dunia.

Beberapa anak dengan sindrom ini memiliki gejala yang mirip dengan penyakit Kawasaki yang dapat menyebabkan pembengkakan dan masalah jantung. Gejala lain termasuk demam, sakit perut, muntah, diare, sakit leher, ruam, mata merah, atau merasa sangat lelah.

"Masalah mendasar yang menghasilkan MIS-C tampaknya adalah disfungsi sistem kekebalan,” kata pemimpin tim CDC yang menyelidiki kasus MIS-C, Dr. Ermias Belay.

Sistem kekebalan menjadi berlebihan ketika melihat virus, melepaskan bahan kimia yang dapat merusak berbagai organ. Dalam penelitian tersebut, banyak pasien dengan kondisi tersebut mengalami komplikasi parah, termasuk radang jantung, syok, dan kerusakan ginjal.

Hampir dua pertiga dari keseluruhan kasus dirawat di unit perawatan intensif dan rata-rata tinggal di ICU adalah lima hari. Laporan CDC mencakup penyakit ini yang dimulai dari pertengahan Februari hingga pertengahan Juli dengan melibatkan dari 40 negara bagian. Laporan tersebut menemukan bahwa 13 persen anak-anak dengan kondisi tersebut berkulit putih, sementara lebih dari 40 persen adalah Hispanik dan 33 persen berkulit hitam.

Ilmuwan masih mempelajari kondisi tersebut. Para ahli mengatakan genetika tidak ada hubungannya dengan kondisi beberapa kelompok ras dan etnis lebih mungkin terinfeksi oleh virus, sakit parah, atau meninggal dunia.

Laporan CDC terbaru menjadi pukulan keras bahwa beberapa anak bisa terkena sakit parah dan sekarat. "Jelas dari penelitian ini, dan dari penelitian lain yang muncul, bahwa anak-anak tidak kebal. Anak-anak dapat menularkan Covid, dan mereka juga dapat menderita akibatnya," ujar Peneliti dari Universitas Minnesota yang berfokus pada kesenjangan kesehatan, Carrie Henning-Smith.

Presiden Donald Trump dan beberapa pejabat administrasi lainnya telah mendorong sekolah untuk dibuka kembali. Bahkan, Trump menyatakan di Fox News kalau anak-anak hampir kebal terhadap virus, dan video tentang pernyataan ini akhirnya dihapus oleh Facebook ketika dibagikan.

Henning-Smith menekankan, dari hasil penelitian terbaru itu, pemimpin masyarakat harus berhenti sejenak tentang isu membuka kembali sekolah. "Kita harus sangat, sangat berhati-hati. Kami berpotensi berbicara tentang menempatkan anak-anak dalam situasi yang tidak aman," ujarnya, dilansir dari AP.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement