Sabtu 08 Aug 2020 07:13 WIB

Setelah Melonjak Berhari-hari, Kini Harga Emas Anjlok

Harga emas dipasar global terus merangkak naik sejak 30 Juli lalu.

Emas Batangan
Foto: REUTERS/Heinz-Peter Bader
Emas Batangan

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Harga emas anjlok pada akhir perdagangan Jumat (7/8) atau Sabtu (8/8) pagi WIB. Anjloknya harga ini menghentikan reli pemecahan rekor harga emas beberapa hari terakhir.

Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, terperosok 41,4 dolar AS atau 2,00 persen menjadi ditutup pada 2.028,00 dolar AS per ons. Harga emas berjangka melonjak 20,1 dolar AS atau 0,98 persen menjadi 2.069,40 dolar AS sehari sebelumnya (6/8).

Baca Juga

Emas berjangka terangkat 28,3 dolar AS atau 1,4 persen menjadi 2.049,30 dolar AS pada Rabu (5/8), setelah melambung 34,7 dolar AS atau 1,75 persen menjadi 2.021,00 dolar AS pada Selasa (4/8), dan naik tipis 0,4 dolar AS atau 0,02 persen menjadi 1.986,3 dolar AS pada Senin (3/8).

“Dolar rebound cukup kuat setelah laporan pekerjaan. Itu jelas menyebabkan aksi jual di seluruh papan di sektor logam,” kata Direktur Perdagangan Logam High Ridge Futures, David Meger.

"Proses pemikirannya adalah dengan jumlah pekerjaan yang sedikit lebih baik dari perkiraan, ekonomi perlahan mendapatkan kembali pijakannya dan, secara hipotetis, kami kemudian akan melihat kebutuhan yang lebih rendah untuk stimulus."

Dolar rebound dari posisi terendah dua tahun setelah data payrolls atau angka penggajian non-pertanian AS menunjukkan 1,763 juta orang dipekerjakan pada Juli, lebih baik dari perkiraan, meski lebih rendah dibandingkan rekor kenaikan 4,791 juta pada Juni, serta karena ketegangan terbaru Amerika Serikat-China.

Tingkat pengangguran juga turun menjadi 10,2 persen pada Juli dari penyesuaian 12 persen pada Juni.

Harga emas tertekan lebih lanjut oleh kebuntuan dalam pembahasan rancangan undang-undang (RUU) bantuan baru Virus Corona atau stimulus ekonomi berikutnya di Kongres AS.

"Begitu mereka menyetujui stimulus, itu akan menjadi bearish bagi dolar. Ekonomi global masih sangat goyah dan sebagai akibatnya kami akan mendapatkan lebih banyak uang murah, jadi semua itu adalah penarik bagi emas," kata Aanalis ED&F Man Capital Markets, Edward Meir.

"Harga emas masih bisa mengakhiri tahun ini di kisaran 2.200- 2.300 dolar AS," tambahnya.

Harga emas telah melonjak 34 persen tahun ini di tengah melonjaknya kasus COVID-19, yang telah menghantam ekonomi global dan mendorong langkah-langkah stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September turun 86 sen atau 3,03 persen menjadi ditutup pada 27,54 dolar AS per ons. Platinum untuk pengiriman Oktober turun 43,5 dolar AS atau 4,29 persen menjadi menetap pada 970,4 dolar AS per ons.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement