Jumat 07 Aug 2020 23:58 WIB

Disnaker Gunung Kidul Menunggu Lanjutan Kartu Prakerja

Disnaker Gunung Kidul catat 1.801 warganya ikut gelombang pertama

Warga mencari informasi tentang pendaftaran program Kartu Prakerja  (ilustrasi). Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sampai saat ini belum mendapat informasi detail dari Kementerian Tenaga Kerja (Kemnaker) RI terkait lanjutan program kartu prakerja.
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Warga mencari informasi tentang pendaftaran program Kartu Prakerja (ilustrasi). Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sampai saat ini belum mendapat informasi detail dari Kementerian Tenaga Kerja (Kemnaker) RI terkait lanjutan program kartu prakerja.

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sampai saat ini belum mendapat informasi detail dari Kementerian Tenaga Kerja (Kemnaker) RI terkait lanjutan program kartu prakerja.

"Sebelum mengalami penundaan, Disnakertrans Gunung Kidul mencatat sebanyak 1.801 peserta sudah mengakses program prakerja. Rinciannya sebanyak 472 di gelombang pertama, 818 di gelombang kedua, dan 511 peserta di gelombang ketiga. Kami masih menunggu informasi kelanjutan program ini," kata Sekretaris Dinas NakertransGunnungKidul,Ahsan, di Gunung Kidul, Jumat.

Ia mengatakan bagi warga yang belum dapat mengakses program prakerja, pada gelombang keempat nanti segera mengaksesnya lewat situs resmi www.prakerja.go.id. Sasaran utamanya adalah mereka yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi.

"Gunung Kidul sendiri mendapat jatah sekitar 17 ribu peserta untuk program kartu prakerja ini. Namun yang lolos masih jauh dari harapan karena keterbatasan kemampuan teknologi informatika dan ketersediaan jaringan internet di masing-masing kecamatan," katanya.

Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Gunung Kidul Agus Santoso berharap program prakerja bisa menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Hal ini dikarenakan tidak seluruh pekerja terdampak pandemi memahami teknologi internet.

Kendala ini ditambah dengan proses dan tahapan panjang yang harus dilalui oleh peserta. Hal ini, menurut Agus membuat program prakerja kurang begitu efektif.

"Paling penting bagaimana program prakerja bisa bermanfaat selama pandemi, sembari warga menunggu peluang yang akan datang," kata Agus.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement