Jumat 07 Aug 2020 16:26 WIB

Pakar: Satu Bulan ke Depan Covid di Jabar Bertambah 2.200

Peningkatan kasus covid 19 yang terjadi antara lain ada kasus import akibat mobilitas

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Skretaris Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat Daud Achmad bersama Kadisdik Jawa Barat Dedi Supandi dan Anggota Divisi PRE-GTPP Bony Wiem Lestari menyampaikan Update Penanganan Covid-19 di Jawa Barat.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Skretaris Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat Daud Achmad bersama Kadisdik Jawa Barat Dedi Supandi dan Anggota Divisi PRE-GTPP Bony Wiem Lestari menyampaikan Update Penanganan Covid-19 di Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid- 19 meminta warga masyarakat waspada dengan kluster baru seiring dengan pelonggaran PSBB saat ini atau masa AKB. Di Jabar, kasus Covid-1i diperkirakan akan bertambah 2.200 dalam satu bulan ke depan.

Menurut Divisi Perencanaan Riset dan Epidemiologi Gugus Tugas Provinsi Jawa Barat, Dr Bony Wiem Lestari, semua pihak perlu waspada terhadap peningkatan kasus yang terjadi antara lain dengan ada kasus import akibat mobilitas penduduk terutama mereka yang berasal dari wilayah transmisi lokal yang masuk ke Jawa Barat. Selain itu, ada kluster perkantoran, kemudian juga ada kluster keluarga di mana sekarang mulai lebih banyak dan juga kluster tenaga kesehatan. 

Bony mengatakan, pemeriksaan PCR sampai dengan kemarin sudah ada di angka sekitar 171 ribu, tapi angka positif  masih cukup tinggi yang terakhir tanggal 28 Juli itu masih sekitar 7,5 persen artinya masih di atas 5 persen. "Jadi ini juga perlu kita waspadai bersama. Untuk rata-rata angka reproduksi efektif periode 26 Juli sampai 2 Agustus itu juga sedikit meningkat di angka 1,23," ujar Bony, Jumat (7/8). 

Menurutnya, pihaknya memprediksi dari pemodelan yang dikerjakan itu akan ada penambahan kasus satu bulan kedepan sebanyak sekitar 2.200 sampai 3.000 kasus positif yang baru. "Saya menghimbau Kepada seluruh masyarakat Jawa Barat untuk kemudian disiplin menerapkan protokol kesehatan kembali diingatkan bahwa garda terdepan untuk melawan Covid- 19 ini adalah masyarakat," katanya.

Sehingga, kata dia, implementasi protokol kesehatan seperti disiplin memakai masker kemudian menjaga cara menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Hal itu, merupakan suatu syarat dan diharapkan juga bisa menahan diri dari kegiatan-kegiatan atau aktivitas yang juga bisa memicu adanya kerumunan.

Bony yang juga Pakar Epidemiologi Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran itu mengatakan, sejak diangkatnya relaksasi PSBB 26 Juni kelihatan bahwa tren peningkatan zona resiko terjadi. Jadi sebelumnya tanggal 20 sampai 26 Juli itu Jabar hanya memiliki 9 zona sedang dan kemudian tidak ada yang beresiko tinggi. Tapi, untuk pekan ini ada yang tinggi.

Saat ini, kata dia, status resiko di Jawa Barat untuk periode 27 Juli sampai 2 Agustus itu ada 1 zona resiko tinggi yaitu Kota Depok. Kemudian, ada 9 tipe sedang yaitu kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, Kota Bandung, Kota Bekasi, dan Kota Bogor sedangkan sisanya yang lain masih termasuk ke dalam zona kuning atau resiko rendah. 

"Status tersebut tergantung tiga aspek indikator efek epidemologi, surveilan, kesehatan masyarakat," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement