Jumat 07 Aug 2020 16:05 WIB

Studi: Pemilik Tubuh Tinggi Lebih Berisiko Terpapar Covid-19

Temuan ini menambah bukti pentingnya penggunaan masker di tengah pandemi.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Studi terbaru mengungkapkan bahwa orang-orang dengan tinggi di atas 180 sentimeter lebih berisiko terpapar oleh SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19 (Foto: ilustrasi Covid-19)
Foto: www.freepik.com
Studi terbaru mengungkapkan bahwa orang-orang dengan tinggi di atas 180 sentimeter lebih berisiko terpapar oleh SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19 (Foto: ilustrasi Covid-19)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi terbaru mengungkapkan bahwa orang-orang dengan tinggi di atas 180 sentimeter lebih berisiko terpapar oleh SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19. Temuan baru ini menambah bukti pentingnya penggunaan masker di tengah pandemi Covid-19.

Seperti diketahui, belum lama ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menambahkan kemungkinan bahwa SARS-CoV-2 dapat menyebar melalui transmisi aerosol. Transmisi aerosol ini khususnya bisa terjadi pada kondisi indoor atau dalam ruangan tertentu. Misalnya, banyak orang berkumpul di satu ruang tertutup dalam waktu lama bersama orang terinfeksi dengan ventilasi udara yang kurang baik.

Baca Juga

Tim peneliti lalu membuat hipotesis bahwa orang-orang yang bertubuh tinggi lebih berisiko terinfeksi SARS-CoV-2. Alasannya, orang-orang bertubuh tinggi cenderung mendapatkan paparan yang lebih banyak dari partikel-partikel aerosol.

Untuk membuktikan hipotesis tersebut, sekelompok ahli yang dipimpin oleh University of Oxford melakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini melibatkan 2.OOO data partisipan dari Inggris dan Amerika Serikat. Sebanyak 339 dari total partisipan memiliki tinggi badan lebih dari 180 sentimeter.

 

Hasil penelitian yang dimuat dalam medrxiv.org ini mengungkapkan bahwa orang-orang dengan tinggi lebih dari 180 sentimeter memiliki risiko dua kali lebih besar untuk terpapar SARS-CoV-2 dan terdiagnosis denga Covid-19. Hasil studi ini juga menambah bukti bahwa transmisi aerosol mungkin terjadi.

"Transmisi aerosol mungkin terjadi," jelas salah satu peneliti Profesor Evan kontopantelis dari univeristy of Manchester, seperti dilansir Health24, Jumat (7/8).

Salah satu anjuran pencegahan Covid-19 saat ini adalah menjaga jarak sekitar 1-2 meter dari orang lain. Akan tetapi, aturan ini dibuat hanya berdasarkan asumsi bahwa virus SARS-CoV-2 hanya menyebar lewat droplet.

Bila SARS-CoV-2 juga menyebar melalui aerosol, maka penggunaan masker akan memegang peranan yang lebih penting dalam pencegahan penularan. Tim peneliti juga akan melakukan penelitian lebih jauh terkait manfaat penggunaan air purifier di dalam ruangan untuk mencegah penularan Covid-19.

"Walaupun jaga jarak fisik masih penting karena transmisi dari droplet juga tetap terjadi, temuan ini menunjukkan bahwa penggunaan masker juga sama pentingnya, atau bahkan lebih penting, dalam upaya pencegahan yang efektif," papar Kontopantelis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement