Kamis 06 Aug 2020 18:49 WIB

Beirut Lebanon Jaya Era Dinasti Islam Umayyah Hingga Ottoman

Beirut Lebanon pernah berjaya pada masa dinasti Islam.

Beirut Lebanon pernah berjaya pada masa dinasti Islam.  Salah satu sudut Kota Beirut.
Foto: http://www.enfoque10.com
Beirut Lebanon pernah berjaya pada masa dinasti Islam. Salah satu sudut Kota Beirut.

REPUBLIKA.CO.ID, Beirut Lebanon dihancurkan  gempa bumi dan gelombang pasang pada tahun 551 M. Sekitar 30 ribu tewas di Berytus dan sepanjang Pantai Fenisia. Total korban yang tewas adalah sekitar 250 ribu orang. Bahkan, ketika umat Muslim menguasai kota itu pada tahun 635 M, Beirut masih berupa reruntuhan. 

Beirut jatuh ke tangan Muslim di bawah kekuasaan Dinasti Umayyah dan Abbasiyah. Pada masa tersebut, Lebanon menunjukkan perkembangannya sebagai masyarakat modern. Pada era ini, bahasa Arab menjadi bahasa resmi Lebanon dan negara ini menjadi bagian dari peradaban Islam yang gemilang  

Baca Juga

Hal ini berlangsung hingga 1099 ketika penganut Kristen di Eropa (Crusader) menaklukkan Lebanon dan negara di sekitar kawasan tersebut. Selain memperluas ajaran Kristen, mereka juga membendung proses arabisasi dan islamisasi dalam pemerintahan Islam.  

Para Crusader (Tentara Perang Salib) berusaha menancapkan pengaruh Kristen dengan menghidupkan budaya Barat di tengah kehidupan Islam di Beirut. Namun, pada  1187 M, Kesultanan Mamluk yang berpusat di Mesir berhasil mengusir pasukan Tentara Salib dan menguasai Lebanon serta Suriah hingga 1500 M. 

Beirut dan Suriah jatuh ke tangan pemerintahan Turki Usmani atau Ottoman pada 1516 M, tak lama setelah Portugis mengelilingi Benua Afrika (1598) untuk mengalihkan perdagangan rempah-rempah Timur jauh dari Suriah dan Mesir. Pada abad ke-17 M, kota tersebut menjadi eksportir sutra Lebanon ke Eropa. Secara teknis, Beirut menjadi bagian dari Provinsi Ottoman, Damaskus, dan kemudian Sidon (1660).  

Revolusi Industri dan pendudukan Mesir atas Suriah pada 1832 menggairahkan kembali peran penting kota tersebut dalam perdagangan yang sempat meredup selama pemerintahan Ottoman. Pada abad itu pula terjadi perang saudara antara Maan dan Shihab dari golongan Druze dan Maronit pada 1841, 1845, dan 1860. Pengungsi Manorit Kristen melarikan diri ke Beirut dari perang saudara di pegunungan Suriah, sementara para misionaris Protestan dari Amerika, Inggris, dan Jerman menambah jumlah penduduk kota itu.   

Pada akhir Perang Dunia I yang menandai jatuhnya Dinasti Ottoman, kota ini jatuh ke tangan Prancis. Keputusan ini diambil berdasarkan Konferensi San Remo di Italia tahun 1920. Selama memerintah Lebanon, Prancis berniat baik terhadap negara tersebut dan menyerahkan kepemimpinan negara kepada masyarakat. 

Hal ini menyebabkan masyarakat Lebanon menerima sebagai mandataris Prancis. Bahkan, mereka  meminta berpisah dari Suriah sehingga bisa berdiri sendiri. Tapi, kebebasan penuh baru diperoleh Lebanon pada 1946 walaupun secara resmi negara tersebut merdeka pada 22 November 1943. 

Beirut terkenal dengan negara dengan beragam agama di antara seluruh negara di Timur Tengah. Mayoritas penduduk menganut Islam dan Kristen. Ada sembilan komunitas agama utama di Beirut, yaitu Maronit Katolik, Ortodoks Yunani, Katolik Yunani, Armenia Apostolik, Katolik Armenia, Protestan, Muslim Sunni, Muslim Syiah, dan Druze. 

Hingga pertengahan abad ke-20 M, Beirut juga menjadi rumah bagi komunitas Yahudi di lingkungan Wadi Abu Jamil. Sebelum perang sipil terjadi,  lingkungan Beirut cukup heterogen. Namun, akibat perang banyak dari mereka memisahkan diri dan membentuk kelompok. 

Beirut bagian Timur lebih banyak diisi dengan masyarakat Kristiani dengan sedikit Muslim Sunni, sementara itu bagian barat Beirut ditempati mayoritas Muslim Sunni dengan sedikit masyarakat Kristen dan Druze, sedangkan Beirut bagian utara terus berupaya menambah penduduk beragama Protestan sejak abad ke-19 M.   

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement