Kamis 06 Aug 2020 08:03 WIB

Korban Tewas Ledakan Beirut Bertambah Jadi 135 Orang

Tim evakuasi dan penyelamat Lebanon masih terus melakukan pencarian jenazah dan warga

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Warga yang terluka akibat ledakan dievakuasi dengan menggunakan mobil bak terbuka di Beirut, Lebanon, Selasa (4/8). AP Photo/Hassan Ammar
Foto: AP Photo/Hassan Ammar
Warga yang terluka akibat ledakan dievakuasi dengan menggunakan mobil bak terbuka di Beirut, Lebanon, Selasa (4/8). AP Photo/Hassan Ammar

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Tim evakuasi dan penyelamat Lebanon masih terus melakukan pencarian jenazah serta warga yang hilang pasca-ledakan mengguncang Beirut. Hingga Rabu (5/8), sedikitnya 135 orang telah dilaporkan tewas.

Menteri Kesehatan Lebanon Hamad Hassan mengungkapkan ledakan telah menyebabkan lebih dari lima ribu orang terluka. Sementara puluhan warga lainnya masih dinyatakan hilang. Pemerintah telah mengumunkan tiga hari berkabung dimulai pada Kamis (6/8).

Baca Juga

"Tidak ada kata yang bisa menggambarkan kengerian yang melanda Beirut tadi malam, mengubahnya menjadi kota yang dilanda bencana," kata Presiden Lebanon Michel Aoun.

Dia berjanji pemerintah akan menyelidiki peristiwa ledakan secara tuntas dan mengungkap apa yang sebenarnya terjadi. Hal itu guna meminta pertanggungjawaban dari pihak-pihak terlibat.

Ledakan di Beirut berasal dari sebuah gudang yang berlokasi di dekat pelabuhan. Menurut Aoun, gudang itu menyimpan 2.750 ton amonium nitrat, bahan kimia yang digunakan untuk memproduksi pupuk dan bahan peledak.

Aoun menyebut amonium nitrat telah berada di gudang tersebut selama enam tahun. Tak ada langkah pengamanan yang diterapkan setelah bahan kimia itu disita. Sumber resmi yang mengetahui investigasi awal menyalahkan insiden ledakan sebagai kelambanan dan kelalaian. Dia mengatakan tidak ada yang dilakukan oleh komite dan hakim yang terlibat dalam masalah tersebut untuk memerintahkan pemusnahan atau pelenyapan amonium nitrat tersebut.

Menurut sumber-sumber di kementerian kabinet memerintahkan pejabat pelabuhan yang terlibat dalam menyimpan atau menjaga amonium nitrat di gudang sejak 2014 untuk dimasukkan ke dalam tahanan rumah. Kabinet pun telah mengumumkan keadaan darurat selama dua pekan di Beirut.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement