Kamis 06 Aug 2020 06:35 WIB

Harga Emas Dunia Kembali Cetak Rekor Tertinggi Baru

Harga emas dipasar global terus merangkak naik sejak 30 Juli lalu.

Emas Batangan (ilustrasi)
Foto: mycitya
Emas Batangan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Harga emas meroket ke rekor tertinggi baru pada akhir perdagangan Rabu (5/8) atau Kamis (6/8) pagi WIB. Sehari sebelumnya harga emas menembus level psikologis 2.000 dolar AS untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Kembali meroketnya harga emas dipicu pelemahan dolar AS yang lebih dalam. Selain itu, juga dikarenakan penurunan imbal hasil obligasi AS mendorong investor menimbun logam safe-haven.

Baca Juga

Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, melonjak lagi 28,3 dolar AS atau 1,4 persen menjadi ditutup pada 2.049,30 dolar AS per ounce. Harga emas berjangka melambung 34,7 dolar AS atau 1,75 persen menjadi 2.021 dolar AS pada Selasa (4/8).

Harga emas berjangka naik tipis 0,4 dolar AS atau 0,02 persen menjadi 1.986,3 dolar AS pada Senin (3/8), setelah menguat 19,1 dolar AS atau 0,97 persen menjadi 1.985,90 dolar AS pada Jumat (31/7), rebound dari penurunan 11,1 dolar AS atau 0,57 persen menjadi 1.942,30 dolar AS pada Kamis (30/7).

Harga emas telah melonjak 34 persen tahun ini dan merupakan salah satu aset berkinerja terbaik 2020, dengan investor membeli dalam jumlah besar ditopang harapan akan mempertahankan nilainya ketika pandemi Virus Corona membalikkan pasar.

Menembus di atas 2.000 dolar AS untuk pertama kalinya pada Selasa (4/8), harga emas berjangka melesat mencapai rekor tertinggi baru 2.070,30 dolar AS per ounce sebelum menetap 1,4 persen lebih tinggi pada 2.049,30 dolar AS.

Investor khawatir stimulus ekonomi yang dikeluarkan sebagai respons terhadap pandemi akan memicu inflasi yang akan menurunkan nilai aset lainnya. Pengembalian riil pada obligasi AS telah turun tajam, membuat emas yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding) lebih menarik.

"Kami melihat kemerosotan yang sedang berlangsung dalam dolar AS, kurva imbal hasil AS semakin turun dan peningkatan ekspektasi inflasi," kata Kepala Strategi Komoditas TD Securities, Bart Melek.

"Ini menyiratkan bahwa di masa mendatang, hilangnya keuntungan potensial dari memegang emas akan semakin berkurang."

Kebuntuan di Washington atas kesepakatan bantuan Virus Corona membantu melemahkan dolar, yang bersaing dengan emas sebagai tempat yang aman. Dolar yang lebih rendah juga membuat harga emas lebih murah bagi pembeli dengan mata uang lainnya.

Imbal hasil obligasi 10 tahun AS yang disesuaikan dengan inflasi turun menjadi minus 1,06 persen dari sekitar 0,1 persen pada awal tahun.

Emas juga mendapat dukungan ketika laporan yang dirilis oleh Automatic Data Processing Inc pada Rabu (5/8) menunjukkan hanya 167.000 pekerjaan ditambahkan pada Juli, lebih lambat dari ekspektasi pasar dan jauh di bawah 3,8 juta pekerjaan yang ditambahkan pada Juni.

Para analis pasar mencatat bahwa ekspektasi untuk Juli lebih tinggi karena lockdown Covid-19 dicabut di awal bulan sebelum munculnya kembali kasus di akhir bulan.

Sebuah laporan yang dirilis oleh Institute for Supply Management (ISM) pada hari yang sama menunjukkan indeks sektor jasa-jasa meningkat 58,1 persen pada Juli, lebih baik dari yang diperkirakan dan lebih tinggi dari pembacaan 57,1 pada Juni.

Emas telah reli sangat cepat -- melompat lebih dari 200 dolar AS dalam waktu dua minggu lebih sedikit -- sehingga koreksi akan terjadi, kata Robin Bhar, seorang analis independen. Setiap rebound dalam imbal hasil obligasi dan penguatan dolar akan menghentikan reli emas dan mendorong harga lebih rendah, katanya.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September naik 86,2 sen atau 3,31 persen menjadi ditutup pada 26,89 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober melonjak 33,9 dolar AS atau 3,55 persen menjadi menetap pada 989,1 dolar AS per ounce.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement