Kamis 06 Aug 2020 03:35 WIB

Dinkes DKI: Puskesmas Garda Terdepan Lacak Kasus Covid-19

Puskesmas melakukan tes secara aktif untuk menjaring kasus Covid-19.

Petugas Puskesmas Kecamatan Gambir melakukan tes usap (swab test) ke pedagang di Pasar Thomas, Jakarta, Rabu (17/6/2020). Pemeriksaan tes usap di sejumlah pasar secara langsung tersebut dilakukan guna memutus rantai penularan COVID-19
Foto: ANTARA/MUHAMMAD ADIMAJA
Petugas Puskesmas Kecamatan Gambir melakukan tes usap (swab test) ke pedagang di Pasar Thomas, Jakarta, Rabu (17/6/2020). Pemeriksaan tes usap di sejumlah pasar secara langsung tersebut dilakukan guna memutus rantai penularan COVID-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyatakan Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas) merupakan garda terdepan dalam melacak kasus sebaran Corona Virus Desease 2019 (Covid-19) di Ibu Kota. Pengalaman menghadapi pandemi flu burung dan kejadian luar biasa difteri disebut meningkatkan kemampuan tim lapangan untuk melacak sebaran kasus positif Covid-19.

"Sehingga begitu ada laporan info kasus positif, dari RS ke Dinkes, kami secara sistematis menyampaikan pada teman-teman di Puskesmas masing-masing kecamatan, sehingga mereka tahu siapa warganya mulai nama hingga domisili yang harus dilacak," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti, di Jakarta, Rabu.

Baca Juga

Widyastuti menyebut, puskesmas melakukan pendekatan pada keluarga, kemudian melakukan cek epidemiologi, wawancara, dan identifikasi orang yang kontak erat selama 14 hari terakhir. Petugas juga melakukan tes usap.

Selain itu, menurut Widyastuti, Puskesmas di tingkat kecamatan juga berkoordinasi melakukan pemetaan untuk mengidentifikasi kelompok dan daerah yang paling tinggi memiliki risiko penyebaran Covid-19. Dari situ, mereka merencanakan tes secara aktif (active case finding).

"Jadi Puskesmas berkolaborasi dengan gugus tugas Covid-19 kelurahan hingga RW untuk memetakan wilayah mana yang berisiko tinggi untuk dilakukan testing secara aktif sebagai salah satu langkah memutus peredaran kasus Covid-19," katanya.

Widyastuti mengatakan, pihaknya juga membuat data siapa yang ada dalam kelompok berisiko, seperti yang berusia di atas 60 tahun. Warga yang memiliki penyakit penyerta di antaranya diabetes melitus, jantung, strok, ginjal, kanker dan ibu hamil juga termasuk kelompok berisiko.

"Itu dipetakan dengan berkolaborasi antara data kelurahan dengan laju kecepatan penularan yang tinggi, kami lakukan active case finding oleh puskesmas yang nantinya akan menjadi fokus lokasi yang harus dilaksanakan tes Covid-19," katanya.

Hingga Selasa (4/8), kasus positif Covid-19 di Jakarta mencapai 22.909 kasus atau mengalami peningkatan 466 orang dibandingkan hari sebelumnya sebanyak 22.443 kasus. Untuk persentase kasus positif (positivity rate) sepekan terakhir di Jakarta setelah penambahan hari ini, sebesar 7,8 persen (sebelumnya 6,9 persen).

Sedangkan Indonesia sebesar 15,3 persen (sebelumnya 14,8 persen). WHO menetapkan standar persentase kasus positif tidak lebih dari 5 persen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement