Rabu 05 Aug 2020 19:41 WIB

Pandemi Covid-19 Jadi Blessing in Disguise untuk BPRS

BPRS sempat mengalami shock tapi berhasil diatasi bersama-sama.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Fuji Pratiwi
Ketua Kompartemen BPRS ASBISINDO Cahyo Kartiko. Meski memukul perekonomian, pandemi Covid-19 membawa blessing in disguise terhadap sejumlah sektor, salah satunya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua Kompartemen BPRS ASBISINDO Cahyo Kartiko. Meski memukul perekonomian, pandemi Covid-19 membawa blessing in disguise terhadap sejumlah sektor, salah satunya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski memukul perekonomian, pandemi Covid-19 membawa blessing in disguise terhadap sejumlah sektor, salah satunya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Ketua Kompartemen BPRS Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), Cahyo Kartiko menyampaikan, secara umum BPRS masih bisa tumbuh di atas perkiraan semula.

Baca Juga

"Tadinya per April kami kira single digit tapi ternyata bisa tumbuh di atas 10 persen," kata Cahyo kepada Republika, Rabu (5/8).

Aset pada April 2020 tumbuh 11,01 persen, pembiayaan tumbuh 11,37 persen dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) juga tumbuh 10,69 persen. Secara umum pandemi Covid-19 memberikan dampak kepada BPRS terutama pada sisi pendapatan atas pembiayaan khususnya pada nasabah yang termasuk dalam kelompok pengusaha UMKM.

Cahyo mengatakan, pada awal pandemi BPRS mengalami shock pada April karena penarikan dana masyarakat yang cukup masif. Saat itu dalam satu bulan, penarikan dana mencapai sekitar Rp 200 miliar dari total dana yang ada di BPRS sekitar Rp 8 triliun.

BPRS kemudian merumuskan penanggulangan dampak Covid-19 dari sisi likuiditas. Saat itu BPRS sudah siap-siap kehilangan Rp 2 triliun yang pada akhirnya tidak terjadi. BPRS merumuskan skema penanggulangan dari sisi internal dan eksternal.

"Internal itu kami urunan agar BPRS yang masih kuat membantu yang lemah, dan eksternal mencoba mencari kerja sama dengan stakeholder," kata Cahyo.

Cahyo menyampaikan, selanjutnya pada Mei kondisi ternyata mereda dan Juni sudah mulai tumbuh. Ia mendapat informasi dan data dari anggota BPRS lain yang menyebut adanya perbaikan. Penyaluran pembiayaan yang saat ini relatif baik karena ceruk pasar kembali terbuka dan lebih luas.

Skala ekonomi BPRS yang lebih kecil dan dekat ke sektor riil membuatnya lebih mudah untuk bergerilya. BPRS juga mampu untuk lebih memanfaatkan potensi lokal yang biasanya menjadi sasaran sektor keuangan lain.

"Dengan pandemi, potensi usaha mikro yang tadinya digarap oleh bank-bank umum kembali terbuka untuk BPRS, karena bank-bank umum sekarang tidak berani membiayai sektor mikro," kata Cahyo.

Kini pasar kembali terbuka dan BPRS bisa berekspansi memenuhi kebutuhan pembiayaan sektor UMKM. Ia optimistis dengan terbukanya potensi ini maka pencapaian target pertumbuhan kinerja 2020 bisa lebih baik. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement