Rabu 05 Aug 2020 19:13 WIB

Walaupun Pandemi, Pendapatan Lelang di Jabar Tetap Naik

Kanwil DJKN Jabar menyebut kontribusi PNBP dari lelang meningkat di Semester I ini

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Peserta melakukan penawaran ketika mengikuti lelang barang (ilustrasi). Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kanwil Jawa Barat mencatat nilai kontribusi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) di Jawa Barat selama semester I/2020 mencapai Rp 38,83 miliar.
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Peserta melakukan penawaran ketika mengikuti lelang barang (ilustrasi). Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kanwil Jawa Barat mencatat nilai kontribusi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) di Jawa Barat selama semester I/2020 mencapai Rp 38,83 miliar.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kanwil Jawa Barat mencatat nilai kontribusi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) di Jawa Barat selama semester 1/2020 mencapai Rp 38,83 miliar. 

Menurut Kepala Kanwil DJKN Jawa Barat Tavianto Noegroho, kontribusi PNBP dari lelang pada semester 1/2020 senilai Rp 38,83 miliar, mengalami kenaikan dibanding semester 1/2019 lalu. Hal ini menunjukkan peningkatan frekuensi lelang di Jabar selama periode Januari hingga Juni 2020. 

"Walaupun kita sedang dilanda pandemi COVID-19, ternyata kontribusi kami terhadap negara lebih besar dari tahun lalu. Kami sempat pesimistis, tapi ternyata pendapatan negara dari sektor ini naik," ujar Tavianto saat press conference melalui zoom meeting, Rabu (5/8).

Bahkan, Tavianto memperkirakan, tren lelang hingga akhir tahun akan terus meningkat. Hal ini sesuai pengalaman tahun lalu, di mana hingga akhir tahun kontribusi PNBP lelang bisa mencapai Rp 95,76 miliar. Secara volume, frekuensi lelang mencapai 7.000-an. 

Menurutnya, kontribusi lelang paling banyak berasal dari jenis eksekusi. Misalnya, lelang aset nasabah bank dnegan status kredit macet. Bahkan, jenis ini berkontribusi hingga 96 persen terhadap total pendapatan lelang di Jabar. 

Dari sisi wilayah, kata dia, kontribusi pendapatan lelang masih banyak ditopang dari kantor DJKN Kota Bandung, mencapai 46 persen dan Bogor sebanyak 16 persen. Hal ini disebabkan dua daerah tersebut menjadi pusat ekonomi. Sehingga banyak perbankan menyalurkan pembiayaannya.

Banyaknya, kata dia, yang dilelangkan adalah ekeskusi pasal 6 UUHT atau pemegang HT/Bank. Yakni, berupa Jaminan tanah dan bangunan. 

Menurut Tavianto, tak hanya dari lelang, pihaknya juga mencatat beberapa penerimaan negara lainnya. Yaitu kontribusi PNBP dari BMN dan PNBP dari piutang. Kontribusi PNBP dari piutang, pihaknya mencatat sekitar Rp 300 juta.

Secara jumlah, mengalami penurunan di banding semester yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 2,5 miliar. Sementara untuk kontribusi barang milik negara (BMN), kata dia, pada semester 1 mencapai Rp 17,93 miliar. Mengalami kenaikan dibanding semester yang sama 2019 sebesar Rp 16,43 miliar. 

Untuk memaksimalkan pendapatan dari BMN, kata dia, pihaknya akan melakukan evaluasi pendataan, agar aset yang ada bisa dipakai secara maksimal. "Apakah penggunaannya optimal, kami akan pastikan semua aset terpakai. Yang terbengkalai, kami akan pastikan. Kalau enggak dipakai, bisa pinjam pakai, sewa, atau lainnya sehingga memberi pemasukan kepada negara," katanya. 

Menurut Kepala KPKNL Bandung Sigit Prasetyo Noegroho, pihaknya akan terus mengawal pemanfaatan aset pemerintah agar tidak terbengkalai atau dipakai pihak ketiga. Ia optimistis, hingga akhir tahun, akan berkontribusi hingga Rp1 triliun. 

Tahun ini, kata dia, walaupun pandemi Covid-19 tapi lelang tak terlalu tekendala. Hal itu terlihat, pada Semester 2019 pendapatan dari lelang di Bandung hanya Rp 170 miliar. Namun, sekarang di Bandung sudah mencapai Rp 470 miliar. 

"Ada kenaikan yang signifikan. Memang naiknya di Januari hingga Februari. Tapi Mei ada penurunan karena Covid-19 sedang berat-beratnya. Tapi sekarang kan sudah ada ketentuan lelang pakai zoom jadi naik lagi. Saya optimistis, semester kedua capai Rp 900 miliar sampai Rp 1 triliun," paparnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement