Rabu 05 Aug 2020 09:11 WIB

Menanti Duel Zidane Vs Guardiola

Benang merah kedua pelatih ini adalah strategi menyerang.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Endro Yuwanto
Pelatih Manchester City Pep Guardiola (kiri) dan pelatih Real Madrid Zinedine Zidane akan kembali beradu taktik pada leg kedua babak 16 besar Liga Champions di Stadion Etihad, Sabtu (8/8) dini hari WIB.
Foto: EPA-EFE/JUANJO MARTIN
Pelatih Manchester City Pep Guardiola (kiri) dan pelatih Real Madrid Zinedine Zidane akan kembali beradu taktik pada leg kedua babak 16 besar Liga Champions di Stadion Etihad, Sabtu (8/8) dini hari WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Sebuah bigmatch tersaji pada akhir pekan ini. Di saat kompetisi domestik usai, sepak bola Eropa masih membara. Manchester City akan menjamu Real Madrid pada leg kedua babak 16 besar Liga Champions. Duel tersebut berlangsung di Stadion Etihad, Sabtu (8/8) dini hari WIB.

Tak bisa dimungkiri, partai ini turut menggambarkan persaingan Josep Guardiola versus Zinedine Zidane. Dua tokoh itu termasuk pelatih generasi terbaru yang sudah bergelimang gelar.

Pendekatan permainan keduanya pun tak jauh berbeda. Benang merahnya ada di strategi menyerang.

Pertama dari sisi Pep Guardiola. Sosok yang kini membesut City pertama kali menjulang saat menangani Barcelona. Dalam 247 pertandingan bersama Barca, ia meraih 14 gelar.

Gelar tersebut dari berbagai kompetisi. Rata-rata Pep mendapatkan trofi setiap 18 pertandingan ketika mengarsiteki Lionel Messi dkk. Periode emasnya berlangsung dari 2008 hingga 2012.

Berjalannya waktu, sosok asal Katalan ini mencari tantangan lain. Ia menuju Bayer Muenchen hingga ke City. Bersama dua klub ini, Pep masih rajin mendapatkan gelar, tapi belum menyentuh ranah Eropa. Rata-rata ia mendapatkan trofi mengalami penurunan.

Saat ini, Pep butuh 22 pertandingan untuk memiliki satu gelar. Mimpi berjaya di Benua Biru dengan klub lain selalu ada. Sebuah kesempatan di depan mata. City selangkah lebih baik dari Madrid.

Pada leg pertama di markas El Real, beberapa bulan lalu, wakil Inggris itu unggul 2-1. Namun bukan Pep namamya jika sampai jemawa. Ia mengaku sudah melupakan kemenangan di Santiago Bernabeu. Saat ini, ia benar-benar mempersiapkan timnya dengan cara terbaik.

"Kami harus menjadi diri kami sendiri," ujar pelatih berusia 49 tahun ini, dikutip dari laman resmi Manchester City, Selasa (4/8).

Jelas Pep tak ingin bermain aman kendati sudah unggul selangkah. Ia bakal menginstruksikan anak asuhnya tampil menyerang dan mencoba menguasai pertandingan. Sebab demikianlah karakteristik pria Katalan itu.

Kemudian tentang Zidane. Zizou tak datang ke Etihad hanya untuk menjadi korban keganasan tuan rumah. Ia sudah kenyang pengalaman tampil di level tertinggi Benua Biru.

Selama menangani Real Madrid, arsitek tim asal Prancis ini tidak pernah merasakan tersingkir di babak sistem gugur. Ini sinyal bahaya untuk City. Jawara La Liga Spanyol itu memiliki kapasitas membalikkan keadaan. Ada Zidane di belakang para jugador El Real. Seorang maestro baik sebagai pemain maupun di profesinya kali ini.

"Zidane bisa mentransmisikan kepercayaan diri dan ketenangan," kata bek tengah Madrid, Raphael Varane, dikutip dari Marca.

Sama seperti Pep, Zizou tak suka bermain pragmatis. Apalagi dalam keadaan tertinggal seperti ini.

Hanya saja Madrid tidak turun dengan kekuatan terbaik kali ini. Kapten tim Sergio Ramos absen. Ramos masih menjalani hukuman lantaran terkena kartu merah pada leg pertama.

Tugas berat bagi Zidane untuk memaksimalkan apa yang ada. Ia punya kemampuan membuat hal-hal luar biasa. Seorang arsitek tim yang sudah mengoleksi 11 gelar bersama Los Merengues.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement