Rabu 05 Aug 2020 08:11 WIB

Heroe: 44 Persen Ortu Merasa Kesulitan Akses PJJ

Tidak seluruh murid yang mempunyai sarana dan prasarana untuk menunjang PJJ ini. 

Rep: Silvy Dian Setiawan / Red: Agus Yulianto
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi.
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan, sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) di Kota Yogyakarta, masih ada kendala. Salah satunya, orang tua (ortu) yang merasa masih kesulitan mengakses PJJ ini melalui daring.

"Empat puluh empat persen orang tua wali merasa kesulitan untuk mengakses proses belajar jarak jauh. Kendala utamanya adalah akses internet," kata Heroe.

Heroe menyebut, orang tua bisa menghabiskan setidaknya Rp 50 ribu per hari hanya untuk membeli kuota internet. Hal ini tentunya sangat membebani orang tua murid.

"Kalau terus-terusan setiap hari, pada saat tertentu mereka juga kehabisan pulsa. Kadang-kadang sehari bisa menghabiskan Rp 50 ribu, apalagi kalau anaknya banyak. Ini akan memberatkan," ujarnya.

Bahkan, tidak seluruh murid yang mempunyai sarana dan prasarana untuk menunjang PJJ ini. Menurutnya, ada 14 persen murid yang tidak memiliki ponsel pintar dan 34 persen kesulitan dalam memenuhi kuota internet.

"Dari hasil survei, siswa SD negeri yang lebih banyak mendapat kesulitan. Sedangkan di tingkat SMP, SMP swasta yang banyak kesulitan dibanding SMP negeri," ujarnya.

Terlebih, materi pembelajaran selama PJJ di tengah pandemi Covid-19 ini juga banyak diisi dengan video dan materi yang didesain menggunakan power point. Hal ini, kata Heroe, menyedot kuota internet yang cukup banyak dan dapat mengganggu proses belajar mengajar jika kuota internet habis.

"Makanya Pemerintah Kota Yogyakarta membuat program Guru Berkunjung. Guru Berkunjung ini dalam rangka untuk mengatasi persoalan ini," ucap Heroe.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement