Selasa 04 Aug 2020 21:39 WIB

Belajar Kearifan Rasulullah SAW dari Hikmah Surat As-Syura

Rasulullah SAW senantiasa bersikap arif menghadapi berbagai masalah.

Rasulullah SAW senantiasa bersikap arif menghadapi berbagai masalah. Muhammad (Kaligrafi)
Foto: Wikipedia
Rasulullah SAW senantiasa bersikap arif menghadapi berbagai masalah. Muhammad (Kaligrafi)

REPUBLIKA.CO.ID, Kearifan Rasulullah SAW adalah teladan sepanjang masa. Termasuk dalam menghadapi fitnah dan kesalahpahaman. 

Suatu hari kaum Muhajirin dan Anshar mendatangi Nabi Muhammad SAW di rumahnya. Setelah mereka masuk dan duduk di majelis, Rasulullah mempersilakan  mereka mengutarakan maksud kedatangannya. 

Baca Juga

"Ya Rasulullah, tuan tentu memerlukan barang-barang untuk nafkah dan kebutuhan pribadi, juga untuk menjamu para utusan yang datang menghadap tuan. Ambillah harta kekayaan kami dan pergunakanlah menurut kemauan tuan, atau simpanlah jika Rasul ingin menyimpannya," kata salah seorang sahabat.

Mendengar itu, Rasulullah SAW dengan wajahnya yang putih bersih menyampaikan kepada para sahabatnya tentang wahyu yang baru saja diterimanya melalui Malaikat Jibril AS:  

 

قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَىٰ ۗ

"Katakanlah (wahai Muhammad), Aku tidak minta upah apa pun kepada kalian atas (dakwah yang kusampaikan) selain agar kalian berkasih sayang kepada kerabatku." (QS asy-Syuura: 23).

Kemudian, mereka mendengarkan dakwah Rasulullah SAW. Dan, saat pulang dari majelis tersebut, beberapa sahabat saling berbincang-bincang. "Yang membuat Rasulullah SAW tidak mau menerima tawaran itu ialah karena beliau hendak mendesak supaya kita mencintai kerabatnya setelah beliau wafat." "Jangan berprasangka begitu, wahai sahabatku," kata yang lain, karena menganggap itu sebagai fitnah.

Tak berapa lama, Rasul SAW menerima wahyu surat asy-Syuura ayat 24. Ayat tersebut menerangkan supaya umat Islam tidak terjebak dalam perbuatan fitnah. 

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا ۖ فَإِنْ يَشَإِ اللَّهُ يَخْتِمْ عَلَىٰ قَلْبِكَ ۗ وَيَمْحُ اللَّهُ الْبَاطِلَ وَيُحِقُّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ ۚ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ

"Bahkan, mereka mengatakan,  'Dia (Muhammad) telah mengada-adakan dusta terhadap Allah.' Maka jika Allah menghendaki niscaya Dia mengunci mati hatimu, dan Allah menghapuskan yang batil dan membenarkan yang hak dengan kalimat-kalimat-Nya (Alquran). Sesungguhnya Dia Mahamengetahui segala isi hati."

Setelah wahyu diterima, Rasul langsung menemui seorang sahabat dan menanyakan berita bohong yang beredar. Kemudian, beberapa orang di antara rombongan datang menghadap Rasulullah SAW. "Ada beberapa orang di antara kami yang berkata kasar dan kami sendiri tidak menyukainya."

Rasul SAW lalu membacakan Alquran surah asy-Syura ayat 24 kepada para sahabat yang hadir. Setelah mendengar wahyu itu, para sahabat pun menangis dan menyesali semua fitnah yang mereka lontarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Rasul pun memaafkan mereka. Beliau lalu membacakan ayat ke-25 surah asy-Syuura.  

وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ

"Dan Dia (Allah SWT) yang berkenan menerima taubat dari hamba-hamaba-Nya, mengampuni mereka atas kesalahan-kesalahan mereka, dan Dia mengetahui apa-apa yang kalian perbuat."  

Setelah mendengar kalam Ilahi itu, para sahabat bersalaman dan saling berangkulan dengan Rasululah SAW. Kemudian, mereka pulang ke rumah masing-masing dengan perasaan lapang. Itulah salah satu kemuliaan Rasulullah SAW yang begitu pemaaf terhadap siapa saja yang memfitnahnya. (HR Imam Ahmad bin Hambal, Tabrani, dan Hakim dari Ibnu Abbas). Betapa mulianya akhlak Rasulullah SAW. Beliau memberikan teladan kepada umatnya dalam menyelesaikan setiap permasalahan. 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement