Selasa 04 Aug 2020 16:42 WIB

Ribuan Perusahaan Ikut Gerakan Boikot, Rugikah Facebook?

Boikot bertajuk Stop Hate for Profit itu menggandeng lebih dari seribu pengiklan.

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Ribuan Perusahaan Ikut Gerakan Boikot, Rugikah Facebook?. (FOTO: KrAsia)
Ribuan Perusahaan Ikut Gerakan Boikot, Rugikah Facebook?. (FOTO: KrAsia)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta

Pengiklan besar di Facebook mengurangi pengeluaran iklan hingga jutaan dolar pada Juli, tetapi tak cukup signifikan mengurangi pendapatan jejaring sosial itu.

Boikot bertajuk Stop Hate for Profit itu menggandeng lebih dari seribu pengiklan, yang mengumumkan keterlibatan kepada publik. Di sisi lain, ada lebih dari 9 juta pengiklan di platform itu, seperti informasi yang Warta Ekonomi kutip dari New York Times, Selasa (4/8/2020).

Menurut perkiraan analis Pathmatics, "dari 1-29 Juli, 100 pengiklan menghabiskan biaya iklan 12 persen lebih rendah daripada 100 pengiklan teratas pada tahun sebelumnya." Angka itu turun dari 251,4 juta dolar AS menjadi 221,4 juta dolar AS.

Baca Juga: Apple Hapus 30 Ribu Gim di China dalam Sehari, Mengapa?

Baca Juga: Android VS iPhone: Lebih Unggul Mana?

Di sisi lain, banyak perusahaan--yang telah menjauh dari Facebook--berniat kembali memasang iklan di situs itu. Tak hanya itu, banyak perusahaan dan individu yang mengandalkan Facebook untuk promosi.

Pada kesempatan berbeda, Kamis (31/7/2020) pekan lalu, Bos FB Mark Zuckerberg berujar, "beberapa pihak salah berasumsi, (menilai) bisnis kami bergantung pada beberapa pengiklan besar."

Facebook mencatat, 100 pembelanja iklan teratas menyumbang 16 persen dari pendapatan senilai 18,7 miliar dolar AS (sekitar Rp 274,4 T) pada kuartal II 2020. Bahkan, selama tiga minggu pertama pada Juli, Facebook melihat pertumbuhan pendapatan iklan 10 persen secara keseluruhan, dibandingkan tahun lalu.

Boikot itu tampak menyulitkan para pengiklan. Direktur Media dan Pencarian Badan Digital DEG, Quinn Sheek menyebut, "Facebook dan anak usahanya (Instagram), mendorong lebih dari sepertiga pengeluaran digital untuk klien kami."

Dari 60 persen klien yang bergabung dengan boikot Juli, empat dari lima berniat kembali memasang iklan bulan ini. Namun, boikot itu tetap membantu memperkuat diskusi tentang konten ujaran kebencian di Facebook. Buktinya, masalah itu menjadi topik sidang Kongres pekan lalu, melibatkan perwakilan industri iklan dan para bos Facebook.

Stephen Hanh-Griffiths, Wakil Presiden Eksekutif perusahaan analisis opini publik perusahaan, RepTrak berkata, "dampak yang Facebook rasakan ialah efek jangka panjang dari persepsi reputasi dan hubungannya dengan imej 'penerbit ujaran kebencian' dan konten tak pantas lainnya."

Selain masalah itu, perlakuan Facebook terhadap privasi pengguna dan campur tangan pemilihan asing juga menuai kritik dari Hanh-Griffiths.

Menanggapi itu, Bos Operasional Facebook, Sheryl Sandberg mengklaim, pihaknya juga menentang ujaran kebencian di dalam platform.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement