Selasa 04 Aug 2020 16:01 WIB

Pupuk Indonesia Setor Pajak dan Dividen Rp 8,17 T pada 2019

Total aset Pupuk Indonesia per 31 Desember 2019 mencapai Rp 135,55 triliun.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nidia Zuraya
Stok pupuk urea di gudang milik PT Pupuk Indonesia.
Foto: dok. Humas PT Pupuk Kujang
Stok pupuk urea di gudang milik PT Pupuk Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pupuk Indonesia (Persero) membukukan setoran pajak dan dividen kepada negara sebesar Rp 8,17 triliun sepanjang 2019. Hal ini disampaikan Direktur Utama Pupuk Indonesia Aas Asikin Idat usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2019 di Jakarta, Selasa (4/8).

Aas mengatakan kontribusi dalam bentuk pajak yang dibayarkan Pupuk Indonesia Group pada 2019 sebesar Rp 7,28 triliun, meningkat 32,94 persen dari kontribusi pajak pada 2018 yang sebesar Rp 5,48 triliun. Selain itu, Pupuk Indonesia juga berkontribusi bagi negara melalui setoran dividen kas sebesar Rp 973,5 miliar.

Baca Juga

"Kontribusi dividen pada 2019 meningkat dibandingkan dividen tahun sebelumnya yang sebesar Rp 768,8 miliar," ujar Aas.

Sepanjang 2019, lanjut Aas, Pupuk Indonesia berhasil catatkan performa keuangan positif di atas target RKAP. Total pendapatan usaha sepanjang 2019 mencapai Rp 71,3 triliun dengan perolehan laba tahun berjalan sebesar Rp 3,71 triliun atau setara 103,01 persen dari target RKAP 2019 yang sebesar Rp 3,60 Triliun.

Aas menegaskan Pupuk Indonesia tetap memprioritaskan penugasan dalam memenuhi kebutuhan dan stok dalam negeri, khususnya pupuk bersubsidi. Terkait kinerja penyaluran pupuk bersubsidi pada 2019, perusahaan mencatatkan penyaluran sebesar 8.708.912 ton.

"Kami tentunya mengapresiasi upaya anak perusahaan, khususnya produsen pupuk, dalam menjaga pasokan pupuk ke sektor subsidi sehingga kebutuhan dapat terpenuhi sesuai alokasi," ucap Aas.

Positifnya kinerja di 2019, menurut Aas, juga dikarenakan peningkatan efisiensi dan membaiknya penetrasi pasar ke sektor komersil. Di samping itu, beban keuangan perusahaan pada 2019 tercatat lebih rendah dari rencana lantaran perusahaan melakukan pelunasan pembayaran pinjaman jangka pendek dan jangka panjang berkat adanya pembayaran piutang subsidi sebesar Rp 9,7 triliun.

"Penurunan ini sejalan dengan komitmen untuk memenuhi kewajiban kepada kreditur sesuai dengan jatuh tempo pelunasan pinjaman," ungkap Aas.

Aas menambahkan pelunasan pinjaman juga berdampak pada arus kas perusahaan, yang tercatat sebesar Rp 11,97 triliun atau turun 66,3 persen dibanding realisasi tahun sebelumnya yang sebesar Rp 18,06 triliun. Faktor lainnya, menurut Aas, adanya peningkatan kinerja dari anak-anak perusahaan non pupuk yang berada di bawah koordinasi Pupuk Indonesia, antara lain PT Rekayasa Industri, PT Pupuk Indonesia Energi, PT Mega Eltra, dan PT Pupuk Indonesia Logistik.

"Total aset per 31 Desember 2019 mencapai Rp 135,55 triliun atau 100,96 persen dari target RKAP. Sementara itu, perusahaan mencatatkan penurunan total liabilitas menjadi Rp 48 triliun," ucapnya.

Aas menyebut penurunan liabilitas disebabkan adanya pembayaran sebagian pinjaman jangka panjang perusahaan dan yang berasal dari pembayaran piutang subsidi pemerintah dan kas internal perusahaan. Di sisi lain, total ekuitas naik Rp 5,72 triliun dibanding tahun sebelumnya menjadi Rp 71,75 triliun.

Dalam hal penjualan, kata Aas, perseroan terus meningkatkan penetrasi pasar ke sektor non PSO. Sepanjang 2019, tercatat penjualan pupuk ke sektor komersil sebesar 3.872.740 ton untuk semua jenis pupuk, angka ini setara 111,61 persen dari target RKAP.

"Hal itu dikarenakan perseroan berhasil menjaga daya saing, memanfaatkan tingginya permintaan dan momentum harga yang kompetitif di pasar," kata Aas menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement