Senin 03 Aug 2020 21:43 WIB

PM Selandia Baru Tanggapi Serius Lelucon Serangan Masjid

Butterfield memiliki reputasi sebagai komedian ofensif.

PM Selandia Baru Tanggapi Serius Lelucon Serangan Masjid (ilustrasi)
Foto: AP Photo/Vincent Thian
PM Selandia Baru Tanggapi Serius Lelucon Serangan Masjid (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,AUCKLAND -- Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern memperingatkan agar tidak mengecilkan serangan teror 15 Maret, setelah seorang komedian Australia yang kontroversial bercanda tentang pembantaian itu dalam sebuah pertunjukan komedi. Ardern mengatakan serangan masjid itu - di mana seorang pria bersenjata membunuh 51 orang di dua masjid di Christchurch - "membakar jauh ke dalam sejarah kami".

Seperti dilansir Newstalk ZB, Senin (3/8), dia mengatakan masalah ini harus ditanggapi dengan serius - pada saat itu, dia menggambarkannya sebagai hari paling gelap di Selandia Baru. "Tidak seorang pun di Selandia Baru yang ingin melihat siapa pun menganggap enteng sesuatu yang memiliki dampak luar biasa pada komunitas Muslim kami," katanya sore ini.

Jawabannya adalah sebagai tanggapan terhadap komentar yang dibuat oleh komedian Australia kontroversial Isaac Butterfield dalam acara komedi stand-up "anti-hero". Di dalamnya, dia membuat lelucon tentang para korban serangan - membuat stereotip rasis.

Ada saat singkat ketika beberapa anggota audiens terdengar terengah-engah kaget. Namun, dalam beberapa detik komentar menerima tepuk tangan meriah ketika Butterfield menyeringai.

 

Ardern mengatakan dia belum melihat video itu, tetapi sentimen umumnya adalah orang-orang harus menanggapi masalah itu dengan serius.

Butterfield memiliki reputasi sebagai komedian ofensif. Dia bercanda tentang holocaust, memicu kemarahan dari komunitas Yahudi.

Pada bulan Mei tahun lalu, Netflix membatalkan rencana stand-up khusus karena komentar anti-Semitnya. Dia kemudian meminta maaf atas komentarnya, tetapi kemudian menuduh media arus utama "serangan habis-habisan terhadap saya."

Dia juga bercanda tentang pedofilia dan banyak leluconnya memiliki nada rasis. Bahkan, pada tahun 2018 salah satu videonya dicopot dari Facebook dengan alasan rasisme dan kebencian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement