Senin 03 Aug 2020 16:43 WIB

Kemenag akan Kaji Masjid Sebagai Pusat Belajar Daring Siswa

Tidak menutup kemungkinan masjid menjadi mitra strategis Kemenag.

Rep: umar mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
Kemenag akan Kaji Masjid Sebagai Pusat Belajar Daring Siswa. Anak-anak belajar dan mengerjakan tugas sekolah secara daring di serambi Masjid At-Taqwa, Dusun XIV, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Senin (3/8). Masjid At-Taqwa menyediakan internet gratis untuk membantu kegiatan belajar anak-anak yang sekolah SD dan SMP.  Jaringan internet gratis sedekah warga ini selain untuk membantu warga sekitar juga memakmurkan masjid. Sebanyak 10 hingga 14 anak memanfaatkan internet gratis ini dari pagi hingga jelang Shalat Dzuhur.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Kemenag akan Kaji Masjid Sebagai Pusat Belajar Daring Siswa. Anak-anak belajar dan mengerjakan tugas sekolah secara daring di serambi Masjid At-Taqwa, Dusun XIV, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Senin (3/8). Masjid At-Taqwa menyediakan internet gratis untuk membantu kegiatan belajar anak-anak yang sekolah SD dan SMP. Jaringan internet gratis sedekah warga ini selain untuk membantu warga sekitar juga memakmurkan masjid. Sebanyak 10 hingga 14 anak memanfaatkan internet gratis ini dari pagi hingga jelang Shalat Dzuhur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin mengatakan bakal mempelajari penggunaan masjid sebagai pusat pembelajaran daring bagi masyarakat setempat. Tidak menutup kemungkinan masjid menjadi mitra strategis Kemenag dalam menjalankan pendidikan jarak jauh.

"Masjid sudah menunjukkan niat baik dan partisipasi yang tulis, tentu ini potensi yang bagus untuk ke depannya bisa dikerjasamakan. Kita lihat nanti kemungkinan-kemungkinan itu. Tidak menutup kemungkinan," ujar dia kepada Republika.co.id, Senin (3/8).

Baca Juga

Kamaruddin menuturkan, saat ini belum ada rencana menjadikan masjid sebagai salah satu mitra strategis dalam pembelajaran daring. "Belum ada rencana ke situ. Tentu harus dilakukan pemetaan secara nasional dulu," ujarnya.

Kondisi setiap daerah tentu berbeda-beda dalam melaksanakan pembelajaran daring. Sebagian ada yang bisa langsung melaksanakan pembelajaran daring tanpa kendala, sebagian lagi ada yang belum bisa karena ada berbagai kendala sehingga perlu ada pusat tempat belajar daring secara bersama-sama.

"Ada daerah-daerah yang perlu dipusatkan, nah ini misalnya di masjid atau di mana, ini menjadi salah satu tempat. Jadi kita akan pelajari, apakah masjid kita jadikan mitra atau tidak," ucapnya.

Kamaruddin juga menyadari, masjid memiliki potensi yang sangat besar untuk membantu para siswa melaksanakan kegiatan belajar jarak jauh. "Jadi kalau ada 800 ribu masjid, kalau itu bisa melakukan sesuatu untuk membantu masyarakat kita mewujudkan pendidikan jarak jauh, tentu akan sangat bagus," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement