Senin 03 Aug 2020 04:55 WIB

Tilak dan Jinnah, Tokoh Pemersatu Hindu-Muslim India 

Tilak dan Jinnah tokoh yang mempunyai semangat persatuan Hindu Muslim India.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Tilak dan Jinnah tokoh yang mempunyai semangat persatuan Hindu Muslim India. Bendera India dan Pakistan
Foto: freepresskashmir.com
Tilak dan Jinnah tokoh yang mempunyai semangat persatuan Hindu Muslim India. Bendera India dan Pakistan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Salah satu hubungan politik yang paling menarik dalam sejarah perjuangan kemerdekaan India adalah antara tokoh Hindu, Lokmanya Bal Gangadhar Tilak dan tokoh Muslim Mohammed Ali Jinnah.

Dua tokoh pejuang kemerdekaan India ini menjadi simbol persatuan Hindu-Muslim di era kolonial, sebelum pecah menjadi Pakistan. 

Tilak lahir pada 23 Juli 1856 dan menghembuskan nafas terakhirnya pada 1 Agustus 1920. Dia merupakan seorang nasionalis India, wartawan, guru, dan aktivis kemerdekaan. Dia diberikan gelar kehormatan "Lokmanya", yang secara harfiah berarti diterima oleh orang-orang sebagai pemimpin mereka.

Sedangkan Jinnah merupakan seorang pengacara dan politisi Muslim, yang kemudian menjadi salah satu pendiri Pakistan. Dia lahir pada 25 Desember 1876 dan meninggal pada 11 September 1948 dalam usia 71 tahun. 

Dalam artikelnya "Tilak and Jinnah: A forgotten friendship and symbol of Hindu-Muslim unity in colonial India", Sudheendra Kulkarni menjelaskan bahwa Jinnah merupakan pemimpin Liga Muslim di India sejak tahun 1913. M

enurut Kulkarni, Jinnah memposisikan dirinya sebagai jembatan antara dua komunitas, Hindu dan Muslim. Dia juga jembatan antara dua partai India, Kongres Nasional India dan Liga Muslim India.

Tilak sendiri pernah menggambarkan Jinnah sebagai "seorang duta persatuan Hindu-Muslim". Kedua tokoh pejuang berbeda agama ini lah yang kemudian membentuk aliansi untuk memperjuangkan kemerdekaan India.

Dalam bukunya yang berjudul "Jinnah and Tilak: Comrades in the Freedom Struggle, AG Noorani mengutip pernyataan Kanji Dwarkadas, seorang teman dekat Jinnah di Bombay. 

“Dua pusat politik besar di Bombay pada waktu itu (1916) adalah Sardar Griha, tempat Tilak tinggal dan kamar-kamar Jinnah di Pengadilan Tinggi. Semua jalan politik mengarah ke dua tempat ini untuk mengorganisir, konsultasi dan memutuskan."

Persahabatan Tilak dan Jinnah adalah simbol solidaritas Hindu-Muslim untuk kemerdekaan India. Keduanya selalu menyerukan persatuan umat Hindu dan Islam untuk melawan penjajahan Inggris, serta mempromosikan kerukunan umat beragama di India. 

Jinnah sangat percaya pada gagasan "Persatuan dua komunitas besar di India". 

Dalam pidatonya di Anjuman-i-Islam pada 20 Januari 1913, Jinnah menganggapnya sebagai keharusan bagi umat Hindu dan Muslim untuk bergabung dalam satu kesatuan yang harmonis untuk kebaikan bersama.  

Sementara, Tilak pernah mengatakan bahwa India bukan Negara Hindu dan juga bukan negara Muslim. Karena itu, Tilak menguraikan konsepnya tentang nasionalisme India sekuler yang ia sebut sebagai "nasionalisme komposit".

Kekaguman Jinnah terhadap Tilak dapat ditemukan dalam buku autobiografi "Roses in December" yang ditulis Mohammedali Currim Chagla. Dalam buku itu dijelaskan bahwa Jinnah selalu menunjukkan rasa hormat terhadap Tilak. Dia pernah mengatakan apa pun yang menghina Tilak. 

Setelah kematian Tilak, Jinnah menulis sebuah penghormatan, dia berkata:  "Mr Tilak memainkan peran yang sangat penting dalam mewujudkan persatuan Hindu-Muslim yang akhirnya menghasilkan Pakta Lucknow pada 1916," kata Jinnah menceritakan teman seperjuangannya. 

Sumber:  https://scroll.in/article/968893/tilak-and-jinnah-a-forgotten-friendship-and-symbol-of-hindu-muslim-unity-in-colonial-india

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement