Senin 03 Aug 2020 03:31 WIB

Pemerintah Afghanistan Bebaskan Ratusan Tawanan Taliban

Pembebasan ratusan tahanan Taliban menjadi bagian dari upaya perdamaian

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Milisi Taliban, Afghanistan
Milisi Taliban, Afghanistan

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Pemerintah Afghanistan mengumumkan bahwa pihaknya telah membebaskan lebih dari 300 tahanan Taliban, Ahad (2/8) waktu setempat. Hal itu sebagai upaya perdamaian yang tengah berlangsung pada hari ketiga dan terakhir gencatan senjata dengan kelompok milisi pemberontak tersebut.

Dalam sebuah pernyataan yang dilansir laman Anadolu Agency, Kantor Dewan Keamanan Nasional (ONSC) Afghanistan mengatakan, bahwa pemerintah telah membebaskan 317 tahanan Taliban dari Parwan dan penjara provinsi lainnya. Sehingga, total milisi Taliban yang dibebaskan menjadi 4.917.

Baca Juga

"Pembebasan tahanan akan berlanjut sampai total mencapai 5.100, atau 100 dilebihkan dari yang dipersyaratkan oleh perjanjian perdamaian Amerika Serikat (AS)-Taliban yang ditandatangani pada Februari," kata pernyataan tersebut.

Taliban juga berjanji telah menyelesaikan bagian mereka dari pertukaran tahanan dengan melepaskan 1.000 pasukan keamanan tawanan. Para pemberontak mengumumkan gencatan senjata mengejutkan selama tiga hari selama hari lebaran Idul Adha Muslim yang dimulai pada Jumat (31/7) lalu. 

Pemerintah Afghanistan menyambut dan membalas langkah tersebut. Presiden Mohammad Ashraf Ghani berjanji untuk mengakhiri pertukaran tahanan bermasalah dengan Taliban dan mendesak mereka untuk bersiap-siap untuk melakukan pembicaraan dalam sepekan.

"Meskipun ini adalah langkah penting, rakyat Afghanistan meminta gencatan senjata permanen dan segera memulai negosiasi langsung antara pemerintah Afghanistan dan Taliban," kata sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor presiden.

Sementara itu, pemimpin milisi di Afghanistan Mawlawi Hibatullah Akhundzada mengatakan dalam pesan tradisionalnya tahun ini yang menegaskan kelompok itu berada di ambang pembentukan pemerintahan Islam di negara yang dilanda perang. "Pesan kami yang jelas tetap bahwa kami tidak mencari monopoli atas kekuasaan," kata Akhundzada dalam pesan yang diterbitkan oleh situs propaganda kelompok itu, al-Emarah.

Hal itu muncul ketika angka-angka baru oleh PBB mengindikasikan kekerasan yang berkobar di Afghanistan yang menyebabkan 3.458 korban sipil, dengan 1.282 tewas dan 2.176 terluka, pada paruh pertama tahun 2020. Laporan pertengahan tahun oleh Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) mencatat peningkatan dalam korban sipil yang disebabkan oleh Taliban dengan total 43 persen dari korban sipil 1.473, dengan rincian 580 tewas dan 893 terluka.

Korban sipil yang disebabkan oleh pasukan pemerintah meningkat 9 persen menjadi 23 persen dari jumlah total korban sipil 789 orang pada paruh pertama tahun ini, dengan 281 tewas dan 508 cedera.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement