Ahad 02 Aug 2020 15:10 WIB

BTN Kantongi Laba Bersih Rp 768 Miliar

Segmen KPR menjadi penyumbang pertumbuhan kredit perseroan secara menyeluruh

Rep: novita intan/ Red: Hiru Muhammad
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Pahala N Mansury berjalan usai meresmikan gedung baru Kantor Wilayah 1 BTN di Bekasi, Jawa barat, Jumat (6/3).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Pahala N Mansury berjalan usai meresmikan gedung baru Kantor Wilayah 1 BTN di Bekasi, Jawa barat, Jumat (6/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk membukukan laba bersih senilai Rp 768 miliar pada semester satu 2020. Adapun pencapaian laba bersih diperoleh dari kenaikan pada penyaluran kredit dan pembiayaan sebesar 0,32 persen secara tahunan dari Rp251,04 triliun pada semester satu 2019 menjadi Rp251,83 triliun pada periode yang sama tahun ini. 

Direktur Utama BTN Pahala Nugraha Mansury mengatakan segmen Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi menjadi penyumbang pertumbuhan kredit perseroan secara keseluruhan.  

"KPR Subsidi yang menempati porsi sebesar 45,11 persen dari total portofolio kredit BTN tersebut tumbuh positif level 5,84 persen yoy. Per semester satu 2020, KPR Subsidi BTN tercatat naik dari Rp107,34 triliun pada semester saty 2019 menjadi Rp113,61 triliun," ujarnya kepada Republika, Ahad (2/8).

Dari segmen kredit perumahan, BTN juga telah menyalurkan KPR Non-subsidi, kredit perumahan lainnya, dan kredit konstruksi masing-masing sebesar Rp79,87 triliun, Rp7,56 triliun, dan Rp27,87 triliun per semester satu 2020. Adapun penyaluran tersebut, total KPR BTN tumbuh sebesar 2,47 persen yoy dari Rp188,82 triliun menjadi Rp193,49 triliun per 30 Juni 2020. Kemudian segmen kredit non perumahan, perseroan menyalurkan kredit senilai Rp22,91 triliun per akhir Juni 2020. 

"Laba bersih perseroan juga ditopang pendapatan bunga bersih sebesar Rp4,43 triliun. Perseroan juga mencatatkan laba dari operasional di luar provisi sebesar Rp1,99 triliun," ucapnya.

Menurut Pahala di tengah pertumbuhan positif tersebut, perseroan pun tetap menjaga kualitas kredit yang disalurkan. Per Juni 2020, perseroan mencatatkan penurunan rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) net dari 2,42 persen per Juni 2019 menjadi 2,40 persen pada Juni 2020.

Perseroan juga tercatat menyiapkan rasio pencadangan yang cukup besar. Pada semester satu 2020, Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) BTN  melonjak ke level 107,90 persen. Posisi tersebut melesat jauh dari 37,87 persen pada periode yang sama tahun lalu.  "Pemupukan pencadangan tersebut merupakan inisiatif perseroan dalam rangka menjaga kualitas pertumbuhan bisnis di tengah pandemi," ucapnya.

Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami kenaikan sebesar 2,99 persen yoy dari Rp219,76 triliun pada Juni 2019 menjadi Rp226,32 triliun pada bulan yang sama tahun ini. Pertumbuhan tersebut disumbang peningkatan perolehan giro sebesar 13 persen yoy dari Rp52,88 triliun pada menjadi Rp59,75 triliun pada kuartal dua 2020. 

Dengan peningkatan giro tersebut, BTN mencatatkan kenaikan dana murah atau Current Account Savings Account (CASA) sebesar 3,75 persen yoy dari Rp 92,83 triliun menjadi Rp96,32 triliun per semester satu 2020. "Secara bertahap kami terus meningkatkan porsi dana murah dengan memangkas porsi dana mahal,” tutur Pahala. 

Kinerja positif pada kredit dan DPK juga turut  mengerek naik aset BTN sebesar 0,68 persen yoy menjadi sebesar Rp314,60 triliun. "Kami juga berupaya terus memperbaiki proses bisnis, sehingga dapat mempertahankan pertumbuhan positif yang berkelanjutan,” jelas Pahala. 

Pahala menyebut walaupun masa pandemi covid-19, perseroan  terus memupuk likuiditas. Menurut Pahala, Liquidity Coverage Ratio (LCR) perseroan naik ke level 132,22 persen pada semester satu 2020 dari 105,5 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya. Permodalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR) pun kian menguat untuk menopang laju bisnis dari level 16,99 persen menjadi 19,10 persen per semester satu 2020. 

Dengan likuiditas yang sangat kuat ini, perseroan optimis akan dapat melalui masa pandemi dengan baik. Apalagi profil restrukturisasi yang harus dilakukan perseroan pun diproyeksi turun drastis hingga akhir 2020. 

"Di luar ekspektasi, restrukturisasi terus menunjukkan penurunan. Sehingga kami proyeksikan tren penurunan restrukturisasi tersebut akan berlanjut hingga akhir 2020”, tegas Pahala. 

Dari sisi Unit Usaha Syariah (UUS) BTN hingga paruh pertama tahun ini, mencetak laba bersih senilai Rp100,33 miliar. Perolehan laba bersih tersebut ditopang pertumbuhan pembiayaan syariah sebesar 3,07 persen yoy menjadi Rp23,88 triliun pada semester satu 2020. 

BTN Syariah juga mencatatkan perolehan DPK senilai Rp20,80 triliun per semester satu 2020. Dengan capaian tersebut, aset UUS BTN naik 6,56 persen yoy dari Rp29,18 triliun pada 30 Juni 2019 menjadi Rp31,09 triliun pada bulan yang sama tahun ini.

Selain itu, perolehan kinerja perseroan merupakan hasil dari  strategi '5 Fokus dan 8 Inisiatif' yang telah dijalankan BTN, sehingga tetap mencatatkan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan kendati di tengah pandemi. "Kami optimistis, hingga akhir tahun nanti target laba BTN masih on the track, sejalan dengan mulai adanya peningkatan permintaan kredit pada Juni 2020,” ucapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement