Ahad 02 Aug 2020 08:07 WIB

Turki Ikut Latihan Militer Azerbaijan, Rusia: Kami Pantau!

Rusia desak Turki, Azerbaijan, dan Armenia hindari tindakan militer saat ini

Rep: Anadolu/TASS/ Red: Elba Damhuri
Korban milter Azerbaijan akibat bentrokan dengan militer Armenia di perbatasan kedua negara atau Tovus, Ahad (12/7)
Foto: Kedutaan Besar Azerbaijan
Korban milter Azerbaijan akibat bentrokan dengan militer Armenia di perbatasan kedua negara atau Tovus, Ahad (12/7)

REPUBLIKA.CO.ID, BAKU -- Tensi panas konflik antara Azerbaijan dan Armenia masih belum surut. Azerbaijan siap menggelar latihan militer gabungan untuk memberi pesan kepada Armenia. 

Azerbaijan tidak sendiri dalam latihan militer gabungan ini. Militer Turki juga ikut serta untuk menunjukkan dukungan penuh negeri itu atas Azerbaijan.

Pada Jumat, pesawat jet tempur F-16 Turki tiba di Azerbaijan untuk latihan militer gabungan.

Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan jet itu akan ikut serta dalam Latihan Bersama TurAz Qartali-2020 yang akan dimulai pada Rabu.

Latihan yang melibatkan jet dan helikopter itu akan berlanjut di Ibu Kota Baku serta Kota Nakhchivan, Ganja, Kurdamir dan Yevlakh hingga 10 Agustus.

Latihan darat dijadwalkan berlangsung di Baku dan Nakhchivan pada 1-5 Agustus dengan artileri, kendaraan lapis baja dan mortir yang disimulasikan untuk menyerang sasaran.

Latihan itu digelar menyusul serangan Armenia terhadap pasukan Azerbaijan di wilayah perbatasan Tovuz.

Sedikitnya 11 tentara Azerbaijan, termasuk seorang mayor jendral dan seorang kolonel, gugur dalam insiden itu.

Azerbaijan menuduh Armenia melakukan provokasi dan memperingatkan bahwa pihaknya tidak akan ragu untuk melawan segala bentuk serangan.

Azerbaijan mengecam Armenia dan memperingatkan Armenia bahwa mereka tidak akan ragu untuk melawan segala bentuk serangan terhadap tetangga sebelah timurnya. 

Upper Karabakh adalah wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional, berada di bawah pendudukan ilegal Armenia sejak 1991.

Etnis Armenia di Nagorno-Karabakh menyatakan kemerdekaan di wilayah itu selama konflik yang membuat Uni Soviet runtuh pada 1991. 

Meskipun gencatan senjata disepakati pada 1994, Azerbaijan dan Armenia terus saling menuduh melakukan penembakan di sekitar Nagorno-Karabakh dan di sepanjang perbatasan kedua negara.

Bentrokan ketiga kembali terjadi di perbatasan Armenia dan Azerbaijan, wilayah pegunungan Nagorno-Karabakh, pada Selasa (14/7). Sebanyak tujuh tentara  Azerbaijan dan seorang warga sipil serta empat prajurit Armenia meninggal dunia.

Kedua negara sama-sama menuduh satu sama lain melakukan pelanggaran gencatan senjata dan penembakan.

Rusia Mengawasi

Aleksey Zaytsev, juru bicara kementerian luar negeri Rusia, mengatakan bahwa Rusia sedang memantau latihan tersebut.

“Kami mengikuti situasi regional konfrontasi baru-baru ini di perbatasan Armenia-Azerbaijan. Kami sangat mendesak pihak-pihak untuk menahan diri termasuk dalam kegiatan militer yang sedang berlangsung,” kata Zaytsev, seperti dilaporkan kantor berita TASS.

Aleksey Zaytsev mengatakan Pemerintah Rusia telah mengambil semua langkah yang diperlukan untuk mencegah eskalasi lebih lanjut di perbatasan Armenia-Azerbaijan.

"Rusia sangat prihatin dengan eskalasi perbatasan antara dua sekutu kami — Armenia dan Azerbaijan," kata Zaytsev.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov telah melakukan pembicaraan dengan rekan-rekannya dari Armenia dan Azerbaijan. "Kami siap untuk melanjutkan upaya untuk membangun dialog politik antara Yerevan dan Baku," katanya.

Setelah Azerbaijan mengumumkan latihan militer bersama dengan Turki, Presiden Vladimir Putin dari Rusia menelepon rekannya dari Turki, Recep Tayyip Erdogan, dan menekankan pentingnya menghindari tindakan apa pun yang akan meningkatkan ketegangan.

BACA JUGA: Rusia: Kekuatan Militer Iran Bikin Negara Lain Gentar

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement