Sabtu 01 Aug 2020 20:59 WIB

Menjaga Keberlangsungan Habitat Harimau Sumatra

Di Riau, 99 persen Harimau Sumatera berada di luar area ekosistem.

Rep: Citra Listyarini/ Red: Bilal Ramadhan
Seekor Harimau Sumatera (Panthera tigris), berada dalam kerangkeng perangkap Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera barat, di kawasan hutan Palupuh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Selasa (17/4).
Foto: Antara/Muhammad Arif Pribadi
Seekor Harimau Sumatera (Panthera tigris), berada dalam kerangkeng perangkap Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera barat, di kawasan hutan Palupuh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Selasa (17/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Perayaan Hari Harimau Sedunia atau Global Tiger Days yang jatuh pada tanggal 29 Juli 2020 lalu, diperingati LSM Harimau Kita dengan menggelar Webinar Global Tiger Days (GTD): Sinergitas dan Koeksistensi Industri dengan Konservasi Harimau Sumatera. Webinar yang diselenggarakan secara virtual pada Rabu (29/7) siang.

Seminar virtual ini diisi dengan para narasumber berkompeten, yaitu Dirjen KSDAE Kementrian LHK Wiratno, Kepala BBKSDA Riau Suharyono, Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Iman Santoso, Direktur Yayasan Sintas Indonesia Hariyo TW, Head of Conservation Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas Dolly Priatna dan Direktur Yayasan Arsari Djojohadikusumo Catrini P.

Dirjen KSDAE Kementrian LHK Wiratno mengatakan, perlindungan habitat Harimau Sumatera memang menjadi tantangan, karena banyak berada di luar kawasan konservasi. Bahkan kasus di Riau, 99 persen Harimau Sumatera berada di luar area ekosistem.

“Upaya insitu dan eksitu harus dikombinasikan, bagaimana cara mereka membangun, merehabilitasi dan pemanfaatan berkelanjutan,” kata Wiratno dalam rilis yang diterima, Sabtu (1/8).

Menurutnya, problem terbesar kerusakan lingkungan dan kematian Harimau Sumatera ada di faktor manusia yang paling bertanggung jawab. Ada dua hal yang mendorong hal tersebut, yaitu kemiskinan dan keserakahan.

Bahkan timnya pernah membersihkan jerat Harimau Sumatera lebih dari 3.000 unit jerat. Yang mana ditemukan di luar kawasan konsesi, seperti di Gunung Leuser, Bukit barisan dan Gunung Kerinci, Jambi.

"Di tahun 2020 ini, tim di lapangan menemukan ada 700 jerat yang dipasang oleh warga di sekitar kawasan konsesi," ujar dia.

Dari sektor perusahaan sendiri, APP Sinar Mas berinisiatif menuju konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) ramah konservasi Harimau Sumatera. Head of Conservation APP Sinar Mas Dolly Priatna mengatakan, APP Sinar Mas mengawali program HTI ramah konsesi Harimau Sumatera dengan komitmen Sustainability Roadmap Vision (SVR) 2020 dan Forest Conservation Policy (FCP), termasuk rantai pasoknya dari konsesi HTI.

Tujuannya sendiri, agar membuat satu sinergitas dan hidup berdampingan dalam HTI dan konservasi satwa liar. Bahkan ada lima langkah stategis yang dilakukan APP Sinar Mas, untuk mewujudkan hal tersebut yaitu Sharing Space, Provide Connectivity dan Minimize HEC with Fatalies, Best Management Pratices (BMP) dan Landscape Scale.

"Karena Harimau Sumatera punya wilayah jelajah yang luas. Harus ada koordinasi dan kerjasama di semua sektor," kata Dolly.

Agar mewujudkan ini, APP Sinar Mas melakukan upaya pelestarian Harimau Sumatera dan Gajah Sumatera yang berada di luar kawasan konservasi. Karena mereka optimistis jika potensi untuk menyelamatkan Harimau Sumatera di luar kawasan konservasi sangat besar.

“Dari pantauan kamera trap tahun 2019 lalu, Harimau Sumatera yang menggunakan areal konsesi pemasok kayu APP di Sumatera mencapai 69 individu. Mereka bukan tinggal di dalam, tapi menggunakan areal konsesi sebagai habitatnya,” ujar dia.

Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Iman Santoso juga menanggapi penerapan BMP di konsesi kehutanan. Beberapa langkah bisa dilakukan dalam penerapan tersebut.

“Yaitu melakukan penilaian dan menetapkan areal HCV, mengelola kawasan bernilai konsesi tinggi dan pembuatan SOP pencegahan dan penanggulangan konflik manusia dan satwa liar,” kata Iman.

Dia melanjutkan, jika penerapan BMP di konsesi kehutanan bisa dilakukan dengan melaksanakan pelatihan mitigasi konflik manusia dan satwa liar, membentuk tim satgas mitigasi konflik satwa, serta monitoring dan sosialisasi sangat penting.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement