Jumat 31 Jul 2020 14:30 WIB

Pemerintah Diminta tak Gegabah Buka Kembali Sekolah

Membuka sekolah di zona selain hijau akan berbahaya bagi siswa dan guru

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Esthi Maharani
Wakil Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Satriwan Salim (kiri)
Foto: Republika/Prayogi
Wakil Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Satriwan Salim (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wasekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Satriwan Salim meminta pemerintah tidak gegabah terkait pembukaan kembali sekolah di zona selain hijau. Menurut dia, membuka sekolah di zona selain hijau akan berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan siswa dan guru.

"Kami pikir wacana pemerintah untuk membuka kembali sekolah di zona kuning ini sangat gegabah. Ini berpotensi mengancam keselamatan guru dan siswa. Bagi FSGI, kesehatan adalah yang utama, karena orang sehatlah yang bisa belajar. Orang sehatlah yang bisa menerima pendidikan," kata Satriwan, dalam keterangannya, Jumat (31/7).

Ia menjelaskan, bahkan sebenarnya membuka sekolah di zona hijau juga memiliki risiko infeksi covid-19 pada siswa dan guru. Sebab, meskipun sekolah berada di zona hijau, tidak sedikit siswa dan guru yang tinggal di wilayah berbeda dengan status zona yang tidak sama.

Menurut dia, pembukaan sekolah harus berdasarkan kajian yang mendalam. Pemerintah juga harus mendapatkan asesmen dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dan pemangku kepentingan pendidikan lainnya.

"Bagi kami ini membahayakan. Padahal sebelumnya pemerintah komitmen mengutamakan kesehatan guru dan siswa. Tapi kenapa sekarang zona kuning ingin dibuka kembali?" kata dia lagi.

Ia menilai, upaya pembukaan sekolah ini juga merupakan salah satu bentuk ketidakmampuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam melayani pembelajaran jarak jauh (PJJ), khususnya metode luar jaringan (luring). "Pemerintah gagal dalam menyediakan internet, dalam membuka akses internet yang luas, dan memberikan insentif pada guru honorer dan guru kunjung," kata Satriwan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement