Jumat 31 Jul 2020 13:46 WIB

Bima Arya: Percaya Konspirasi Artinya Iman Kita Lemah

Bima Arya menyebut konspirasi itu khayalan sementara Covid-19 kenyataan

Rep: Nugroho Habibi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto. Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyinggung mengenai teori konspirasi tentang Covid-19. Secara tegas, Bima menyatakan, Covid-19 merupakan ancaman yang nyata.
Foto: Republika/Nugroho Habibi
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto. Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyinggung mengenai teori konspirasi tentang Covid-19. Secara tegas, Bima menyatakan, Covid-19 merupakan ancaman yang nyata.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyinggung mengenai teori konspirasi tentang Covid-19. Secara tegas, Bima menyatakan, Covid-19 merupakan ancaman yang nyata.

Bahkan Bima Arya menyebut percaya konspirasi menandakan lemahnya iman."Meyakini teori konspirasi itu berarti keimanan kita kurang kuat menurut saya. Covid-19 kenyataan bukan khayalan. Teori konspirasi itu khayalan," kata Bima usai menunaikan sholat Idul Adha 1441 Hijriyah di Masjid Raya Bogor, Kota Bogor, Jumat (31/7). 

Bima memaknai kurban sebagai upaya untuk menguatkan kebersamaan di tengah pandemi Covid-19. Semua lapisan masyarakat, kata Bima, harus bersatu dan sepemahaman dalam menghadapi Covid-19.

Agama Islam, Bima mengutarakan, mengajarkan umatnya untuk berbaik sangka (husnudzon), bukan malah sebaliknya menaruh prasangka buruk (suudzon) kepada orang lain. Karena itu, Bima menegaskan, memahami Covid-19 sebagai teori konspirasi merupakan pemahaman yang keliru.

"Teori konspirasi itu menyalahkan orang lain. Yang sini tanggungjawab sini, salah. Gak bisa. Jadi, kalo kita percaya teori konspirasi berarti kita tak mengimani ajaran agama kita dengan baik. Bahaya," jelasnya.

Di media sosial, Bima menilai, masih banyak masyarakat yang mengikuti paham tersebut. Ke depan, Bima berharap, masyarakat dapat saling bersatu membuat narasi yang lebih positif untuk menerangi Covid-19.

"Terakhir saya minta warga Kota Bogor untuk tetap waspada, ini situasinya masih belum aman, ada klaster keluarga ada klaster perkantoran, dan ada klaster luar kota," jelasnya.

Selama akhir pekan silam, video yang diunggah  Breitbart News menjadi viral dan disimak lebih dari 20 juta kali. Padahal, tayangan itu menyebarkan teori konspirasi berbahaya terkait corona dan membagikan metode perawatan yang tak akurat.

Tayangan menampilkan deretan nonpakar yang menolak mengenakan masker. Mereka menggembar-gemborkan cara penyembuhan virus yang belum terverifikasi. Video dibagikan puluhan juta kali, termasuk oleh Presiden AS Donald Trump dan putranya via Twitter.

Facebook mengaku kesulitan menghapus sebuah video viral yang menayangkan hoaks terkait pandemi Covid-19. Layanan media sosial yang berpusat di Menlo Park, Kalifornia, Amerika Serikat itu butuh waktu lebih lama dari yang seharusnya.

"Kami telah menghapus video ini karena membuat klaim palsu tentang penyembuhan dan pencegahan untuk Covid-19. Orang yang bereaksi, mengomentari, atau berbagi video ini akan diarahkan ke informasi otoritatif," ungkap juru bicara Facebook.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement