Jumat 31 Jul 2020 13:09 WIB

Unicef: Sepertiga Anak-anak di Dunia Keracunan Timbal

Timbal berasal dari aktivitas daur ulang baterai kendaraan yang tidak mengindahkan kaidah lingkungan - Anadolu Agency

Timbal berasal dari aktivitas daur ulang baterai kendaraan yang tidak mengindahkan kaidah lingkungan.
Timbal berasal dari aktivitas daur ulang baterai kendaraan yang tidak mengindahkan kaidah lingkungan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Anak-anak di dunia mengalami keracunan timbal dalam kadar yang belum pernah terjadi sebelumnya, ujar laporan yang baru diluncurkan oleh Unicef dan Pure Earth, Kamis. Henrietta Fore, Direktur Eksekutif Unicef mengatakan ditemukan sekitar 1 dari 3 anak, atau sekitar 800 juta anak di dunia memiliki kadar timbal dalam darah 5 mikrogram per desiliter (µg/dL) atau lebih.

“Kadar ini akan menyebabkan seseorang membutuhkan perawatan, menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat,” ujar dia dalam siaran pers.

Baca Juga

Hampir separuh anak yang terdampak berasal dari Asia Selatan, menurut dia. Menurut Henrietta keracunan timbal pada awalnya tidak menimbulkan banyak gejala, sehingga justru menjadi bahaya laten pada kesehatan dan tumbuh kembangnya.

Anak-anak yang terpapar timbal menghadapi konsekuensi berat, antara lain peningkatan risiko mengalami kerusakan ginjal dan penyakit kardiovaskuler saat dewasa kelak. Menurut dia, paparan timbal ini diperkirakan menimbulkan kerugian senilai hampir USD 1 triliun akibat hilangnya potensi ekonomi anak-anak terdampak racun timbal sepanjang usia mereka.

Penyebab keracunan ini menurut dia adalah aktivitas daur ulang baterai kendaraan atau aki yang tidak memiliki standar lingkungan. Di Asia Selatan jumlah kendaraan bermotor naik tiga kali lipat sejak 2000.

“Peningkatan kepemilikan kendaraan, dan kurangnya peraturan dan sarana daur ulang aki, mengakibatkan volume baterai kendaraan yang didaur ulang tanpa prosedur aman oleh pelaku ekonomi informal naik 50 persen,” ujar dia.

Pada proses daur ulang sering kali para pekerja membongkar wadah aki, menumpahkan debu asam dan timbal ke tanah, kemudian melebur sisa timbal menggunakan tungku pembakaran model sederhana yang terbuka. “Pembakaran mengeluarkan asap beracun yang mencemari lingkungan sekitar,” ujar dia.

Richard Fuller, Presiden Pure Earth mengatakan timbal sebenarnya sudah dapat didaur ulang dengan aman tanpa membahayakan pekerja, anak mereka, dan lingkungan sekitar. “Area-area yang tercemar timbal pun bisa dipulihkan,” terangnya.

 

sumber : https://www.aa.com.tr/id/dunia/unicef-sepertiga-anak-anak-di-dunia-keracunan-timbal/1927411
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement