Kamis 30 Jul 2020 15:48 WIB

Khutbah Idul Adha KH Sholahudin Al-Aiyub: Lawan Covid-19

Idul Adha momentum berkorban untuk bersama mengatasi Covid-19.

Idul Adha momentum berkorban untuk bersama mengatasi Covid-19. Ilustrasi Santri di Pondok Pesantren An Nuqthah, Kota Tangerang, Banten, Rabu (17/6/2020).
Foto: ANTARA FOTO/FAUZAN
Idul Adha momentum berkorban untuk bersama mengatasi Covid-19. Ilustrasi Santri di Pondok Pesantren An Nuqthah, Kota Tangerang, Banten, Rabu (17/6/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, 

الله أكبر ×9 

Baca Juga

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا. لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ، صَدقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ، مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ. لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أكبرُ وللهِ الْحَمْدُ. 

اَلْحَمْدُ للهِ حَاكِمَ الْحُكَّامِ، جَاعِلِ النُّوْرِ وَالظَّلَامِ، وَجَعَلَ هَذَا الْيَوْمِ عِيْدًا لِلْإِسْلَامِ، وَحَرَّمَ عَلَيْنَا الصِّيَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اَلَّذِى أَمَرَناَ بِذَبِيْحَةِ الْقُرْباَنِ، اِتِّبَاعًا لِسَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَفْضَلُ الْأَنَامِ وَمِصْبَاحُ الظَّلَامِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ، صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ عَلَى مَمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَيَّامِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوا اللهَ وَأَطِيْعُواهُ وَكَبِّرُوْهُ تَكْبِيْرًا

 

 اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ  

Kaum muslimin-muslimat, rahimakumullah

Sejak kemarin terdengar gema takbir, tahmid, dan tahlil menyambut datangnya Hari Raya Idul Adha yang mubarak. Syukur Alhamdulillah, kita semua dapat berjumpa kembali dengan Hari Raya ini dalam keadaan sehat wal ‘afiat, sekalipun kita masih dalam suasana pandemi Covid-19. 

Pandemi yang melanda hampir semua belahan dunia ini membawa dampak yang cukup serius bagi kehidupan masyarakat. Semua orang tidak dapat menjalankan aktifitasnya secara normal sebagaimana sebelum terjadi pandemi. Semuanya dibatasi demi untuk mencegah terjadinya mata rantai penularan. Maka kemudian diberlakukan kebijakan bekerja, belajar dan beribadah di rumah, karena berkerumunnya banyak orang diyakini bisa menjadi penyebab terjadinya mata rantai penularan.

Kebijakan tersebut menjadikan roda ekonomi tidak dapat berputar sebagaimana mestinya. Pembatasan aktifitas di luar rumah membawa dampak langsung pada perputaran ekonomi. Masyarakat menahan diri untuk melakukan belanja kecuali hanya yang diperlukan. Hal itu berpengaruh signifikan pada penurunan permintaan (demand) barang dan jasa dari masyarakat, yang kemudian menyebabkan dunia usaha mengurangi pasokannya (supply) barang dan jasa. 

Kondisi ini jika berlanjut secara berkepanjangan akan berdampak besar pada eksistensi dunia usaha, karena akan semakin berat menanggung biaya produksi, terutama biaya tenaga kerja. Sehingga kebijakan merumahkan sebagian karyawan (dan bahkan melakukan pemutusan hubungan kerja) menjadi pilihan umum bagi mereka untuk bisa terus bertahan. Akibatnya semakin banyak pengangguran yang menjadikan tingkat kemiskinan menjadi lebih tinggi. Dengan begitu, pandemi Covid-19 ini membawa dampak terjadinya kesulitan ekonomi yang luar biasa dan terjadi dalam skala masif.

Hal itu terjadi boleh jadi merupakan ujian dari AllahSWT kepada kita semua untuk menguji keimanan dan kesabaran kita, seperti firman Allah SWT: 

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157)

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS  Al-Baqarah: 155-157) 

Namun demikian apapun kehendak Allah SWTdari terjadinya pandemi ini hendaknya kita terima dengan ikhlas, ridha, pasrah serta tetap berbaik sangka kepada Allah SWT, sambil terus berdoa dan memohon supaya musibah ini tidak ditambah lagi, karena kita takut tidak sabar dan tidak kuasa untuk menerimanya. Kita sadar bahwa kita banyak berbuat dosa dan kesalahan, akan tetapi kita mohon jangan sampai Allah SWT menguji kita dengan cobaan yang tak terpikulkan oleh kita. 

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ

 

Kaum muslimin wal muslimat, ‘aidin wal ‘aidat rahimakumullah.

Hari ini kita merayakan Hari Raya Idul Adha. Hari Raya ini dikatakan dengan Idul Adha karena pada hari raya ini dan tiga hari sesudahnya, atau disebut dengan hari Tasyrik, kita semua diserukan untuk memotong hewan qurban yang dagingnya dibagikan kepada fakir miskin, sebagaimana firman Allah SWT : 

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

“Sembahyanglah kamu kepada Rabb-mu dan berqurban-lah” (QS Al-Kautsar: 2) 

Menurut madzhab Imam Syafi’i, memotong hewan qurban hukumnya sunnah muakkadah, artinya sunnah yang dikuatkan. Setidaknya ada dua hal yang dapat dipetik hikmahnya dari syariat berkurban:

1. Meneladani Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan Nabi Ismail ‘alaihis salam yang penuh kesabaran menerima cobaan dan ujian yang ditimpakan kepada mereka.. 

2. Menumbuhkan sifat kedermawanan dan saling membantu (ta’awun) di antara masyarakat. 

Nabi Ibrahim ‘alaihis salam diuji oleh Allah  dengan perintah mengurbankan anaknya yang sangat dicintainya. Nabi Ismail ‘alaihis salam diuji oleh Allah  dengan kepatuhannya kepada orang tuanya. Mereka berdua dengan kesabaran dan kepasrahan yang tinggi menerima dengan ikhlas ujian tersebut.

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ  

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (QS Ash-Shaffat : 102) 

Sungguh sangat mengagumkan seorang ayah yang sanggup mengorbankan putranya padahal putranya itu hanya satu-satunya dan demikian lama ditunggu kelahirannya.  Lebih mengagumkan lagi kesediaan Ismail‘alaihis salam untuk dijadikan qurban, padahal itu berarti memberikan nyawanya, sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya.

Mereka berdua lulus dari ujian tersebut. Karenanya Allah SWt menganugerahi kepada mereka berdua karunia yang sangat besar.

فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ، وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ، قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ، إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ، وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu", sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS Ash-Shaffat: 103-107) 

Ketabahan dan kesabaran Ibrahim dan Ismail ‘alaihimas salam dalam menghadapi cobaan dan musibah patut kita contoh dan kita teladani. Ketabahan dan kesabaran mereka tercermin dari kesediaan dan keikhlasannya untuk mengorbankan apa saja dalam melaksanakan pengabdian bila pengorbanan itu dibutuhkan. 

Dalam situasi musibah pandemi yang terjadi saat ini kita dituntut untuk lebih sabar dan tabah, sambil terus berusaha untuk mengatasi segala kesulitan yang kita hadapi. Sikap ketidaksabaran atau kekurang sabaran dalam menghadapi berbagai kesulitan dapat menambah kesulitan baru.

Bagi kita umat Islam, peristiwa pengorbanan yang dilakukan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail itu hendaknya dijadikan contoh dalam rangka meningkatkan kepasrahan dan ketundukan kita kepada kehendak Allah SWT.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement