Rabu 29 Jul 2020 20:13 WIB

Nadiem Minta Maaf Soal POP Kemendikbud, Ini Respons PGRI

Mendikbud Nadiem Makarim telah meminta maaf soal kisruh program organisasi penggerak.

Rep: Ali Mansur/ Red: Andri Saubani
Mendikbud Nadiem Makarim.
Foto: Kemdikbud
Mendikbud Nadiem Makarim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim telah meminta maaf secara terbuka terkait kisruh program organisasi penggerak (POP). Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Dudung Nurullah Koswara menilai permintaan Nadiem sangat persuasif.

Menurut Dudung, dalam video permintaan maaf Nadiem, mendikbud mengapresiasi Nadhlatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan PGRI sebagai potensi besar bangsa yang sudah bergerak di dunia pendidikan sebelum negeri ini berdiri.

Baca Juga

"Berdamai dengan Covid-19, maksud saya berdamai dengan Kemendikbud terkait POP bukan hal buruk. Kemdikbud sudah menyadari potensi konflik dalam POP dan mengubah polanya," ujar Dudung dalam pesan singkatnya, Rabu (29/7).

Menurut Dudung, permintaan maaf Nadiem itu mesti ditindaklanjuti dengan revisi prioritas anggaran POP yang selama ini dipermasalahkan. Apalagi, pada saat wabah Covid-19 seperti sekarang ini publik sedang banyak didesak berbagai kebutuhan. Tentu kebutuhan yang korelaitif dengan tumbuh kembang dunia pendidikian dan keselamatan anak didik dan pendidik.

"Bahkan sejumlah sekolah terlihat kusam, kumuh dan beberapa mau ambruk. Ayo gelontorkan anggaran yang ada untuk kebaikan dunia pendidikan," kata Dudung.

Dudung menilai, permintaan maaf Nadiem yang disampaikan dengan penuh rendah hati, dan meminta NU, Muhammadiyah dan PGRI memberi bimbingan, merupakan momentum 'berpelukan'. Maka ketika semua menunduk, merunduk tidak menanduk akan lebih baik dan lupakan egoisme organisasi.

"Lihat fakta lapangan. Apakah lapangan pendidikan kita membutuhkan siraman dana POP? Semua yang di atas jangan egois. Lakukan langkah menyiram pada kebutuhan publik di arus bawah. Anak didik, pendidik, fasilitas pendidikan harus dikembangkan. Apalagi saat Covid-19 seperti sekarang ini," kata Dudung.

Oleh karena itu, Dudung mengajak untuk menguatkan kolaborasi, gotong royong dan saling menghormati secara proporsional. Tidak ada seorang manusia yang hebat, sekali pun menteri atau Presiden.

Bahkan, kata Dudung, tidak ada seorang Nabi pun yang bisa hidup sendirian. Bahkan, Nabi Muhammad saja butuh kolaborasi dengan para sahabat. Apalagi hanya sebuah organisasi dan pemerintah.

"Kurangi manuver politik. Kuatkan mentalitas melayani dan menyiram arus bawah yang kehausan dan butuh dukungan berbagai hal. Wong elite baikan, wong alit akan lebih baik," tutup Dudung.

Sebelumnya, Nadiem telah meminta maaf kepada NU, Muhammadiyah, dan PGRI soal kisruh POP. Ia berharap, ketiga organisasi besar tersebut bersedia memberikan bimbingan dalam melaksanakan programnya.

"Dengan penuh rendah hati, saya memohon maaf atas segala keprihatinan yang timbul dan berharap agar tokoh dan pimpinan NU, Muhammadiyah, dan PGRI bersedia untuk terus memberikan bimbingan dalam proses pelaksanaan program yang kami sadari betul masih belum sempurna," kata Nadiem, dalam sebuah video resmi dari Kemendikbud, Selasa (28/7).

Ia menjelaskan, niat awal dari program ini adalah bermitra dengan para penggerak pendidikan untuk selanjutnya menemukan inovasi yang dipelajari oleh pemerintah. Tujuan akhirnya adalah agar program yang tepat bisa diterapkan dalam skala nasional.

"Hanya satu misi program kami, mencari jurus dan pola terbaik untuk mendidik penerus negeri ini," kata Nadiem.

photo
Program Organisasi Penggerak - (republika/kurnia fakhrini)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement