Rabu 29 Jul 2020 13:50 WIB

3 Nasihat Abdullah bin Masud untuk Atasi Kegundahan Hati

Sahabat Nabi Muhammad SAW Abdullah bin Masud menyampaikan tiga nasihat.

Sahabat Nabi Muhammad SAW Abdullah bin Masud menyampaikan tiga nasihat. Ilustrasi sholat
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Sahabat Nabi Muhammad SAW Abdullah bin Masud menyampaikan tiga nasihat. Ilustrasi sholat

REPUBLIKA.CO.ID, Para sahabat Rasulullah SAW dikenal sebagai figur yang kaya dengan nasihat-nasihat bijak. Hal ini tak lain karena kedekatan mereka dengan Sang Mahaguru, Muhammad SAW.  

Dikisahkan, suatu hari Ibnu Mas'ud RA, salah seorang sahabat Rasulullah SAW, didatangi seseorang yang meminta nasihat nya. Orang tersebut mengeluh, "Wahai Ibnu Mas'ud, berikan aku nasihat dan berilah obat bagi jiwaku yang sedang gelisah. Hari-hariku penuh perasaan tak ten teram dan jiwaku sedang kusut."

Baca Juga

Kemudian Ibnu Mas'ud RA menasihatinya, "Kalau penyakit itu yang menimpamu, bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat. Pertama, engkau datangi tempat orang membaca Alquran, engkau membaca Alquran, atau engkau dengarkan baik-baik orang yang membaca Alquran. Kedua, engkau datangi majelis taklim yang mengingatkan hati kepada Allah.

Ketiga, engkau mencari waktu dan tempat yang sunyi. Di situ engkau menyendiri menyembah Allah, seperti pada waktu tengah malam, saat orang sedang tidur nyenyak, engkau bangun menger jakan shalat malam, meminta kepada Allah ketenangan jiwa, ketenteraman pikiran, dan keikhlasan hati."

Setibanya di rumah, orang tersebut melaksanakan apa yang dinasihatkan Ibnu Mas'ud. Ia berwudhu dan membaca Alquran dengan khusyuk. Seusai membaca Alquran, ia merasakan ada sesuatu yang berubah. Jiwanya terasa tenang, hatinya tenteram, dan pikirannya kembali jernih.

Ketenangan akan selalu hadir manakala kita juga menghadirkan Allah dalam setiap aktivitas. Keyakinan atas eksistensi Allah dalam ajaran Islam meru pa kan tonggak keimanan sese orang. Melalui keyakinan ini, kita akan menjadi manusia yang me mil iki keteguhan diri yang kokoh dan kuat. 

Rasulullah SAW bersabda: 

الإِيمانُ بضْعٌ وسَبْعُونَ، أوْ بضْعٌ وسِتُّونَ، شُعْبَةً، فأفْضَلُها قَوْلُ لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ، وأَدْناها إماطَةُ الأذَى عَنِ الطَّرِيقِ، والْحَياءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإيمانِ

"Iman itu lebih dari 70 cabang atau lebih dari 60 cabang. Yang paling utama adalah ucapan 'laa ilaaha illallahu' (tiada Tuhan selain Allah). Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan dan malu satu di antara cabang-cabang iman." (HR Muslim).

Hadits tersebut mengindikasi kan keyakinan kepada Allah merupakan derajat iman yang tertinggi. Ucapan laa ilaaha illallah tak sekadar pekerjaan lisan semata, tapi keyakinan hati yang mengejawantah di dalam amal perbuatan. Sesuai dengan terminologi iman, yakni tashdiqbi al-janan (pembenaran dalam hati), iqrar bi al-lisan (pernyataan dengan lisan), dan 'amal bi al-arkan (tindakan dengan anggota badan).

Keyakinan juga akan meluruhkan semua keraguan sehingga makin jelaslah jalan yang dituju untuk sampai pada tujuan hakiki, yakni Allahu ghayatuna (Allah adalah tujuan kami). Keimanan kepada Allah menjadi salah satu di antara tiga wilayah sempurnanya keislaman seseorang. Bisa dikategorikan memiliki iman yang sempurna dan tanpa cacat manakala ketiga wilayah (hati, lisan, dan amal) berjalan secara beriringan. 

 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement