Rabu 29 Jul 2020 06:03 WIB

BNPT dan UMM Bersinergi Tanggulangi Terorisme

FKPT di daerah menjadi bentuk konkret sinergi bersama masyarakat mencegah terorisme

Universitas Muhammadiyah Malang dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyelenggarakan seminar bertajuk Jaga Kampus Kita: Pelibatan Civitas Akademica dalam Pencegahan Terorisme melalui FKPT Jawa Timur.
Foto: Dok. Humas UMM
Universitas Muhammadiyah Malang dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyelenggarakan seminar bertajuk Jaga Kampus Kita: Pelibatan Civitas Akademica dalam Pencegahan Terorisme melalui FKPT Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- BADAN Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Timur (Jatim) telah bersinergi dengan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dalam menanggulangi terorisme di Jatim. Langkah ini dilakukan melalui penyelenggaraan seminar bertajuk “Jaga Kampus Kita: Pelibatan Civitas Akademica dalam Pencegahan Terorisme melalui FKPT Jawa Timur”.

Ketua FKPT Jatim, Hesti Armiwulan, menyampaikan daerahnya termasuk lima wilayah besar yang berpotensi terpapar terorisme. FKPT di daerah menjadi bentuk konkret sinergi bersama masyarakat mencegah terorisme dan membendung radikalisme. Oleh sebab itu, sinergi dengan kampus UMM melalui seminar diperlukan untuk mempererat silaturahim dan kebersamaan.

Baca Juga

Selain itu, agenda seminar juga bertujuan mempersempit ruang para kelompok radikal dan terorisme yang ingin menyalahgunakan wahana kebebasan akademik kampus. Kemudian memahami dinamika yang berkembang dalam pencegahan terorisme melalui civitas akademika. "Dan yang terakhir adalah memotivasi civitas akademica untuk mensterilkan kampus dari pengaruh ideologi radikal dan kelompok terorisme," kata Hesti dalam pesan resmi yang diterima Republika.

Wakil Rektor I UMM, Profesor Syamsul Arifin mengatakan, UMM sebagai perguruan tinggi Muhammadiyah yang berafiliasi terhadap Persyarikatan Muhammadiyah memiliki komitmen yang sama untuk merawat dan menjaga umat. Tidak saja kampus UMM, tapi juga menjaga NKRI dari berbagai ancaman termasuk terorisme yang berkedok agama.

Muhammadiyah melalui UMM menekankan hal yang disebut dengan faham Wasathiyah. Hal ini mengartikan sebuah paham moderat di dalam beragama. "UMM juga punya konsen terhadap komitmen untuk menjaga penetrasi, intervensi paham radikal,” jelasnya.

Menurut Syamsul, UMM mempunyai berbagai macam program pendidikan, baik intrakulikuler maupun ekstra kulikuler. Salah satunya, mahasiswa baru mengikuti karantina selama satu minggu melalui Program Pembentukan Kepribadian dan Kepemimpinan (P2KK). Keterampilan nonteknis (soft skill) mereka dilatih termasuk penanaman pengetahuan agama yang moderat.

UMM juga memiliki mata kuliah yang bernama Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) serta PKN. Dengan semua ikhtiar, Syamsul menilai UMM seharusnya secara formal dan sistem terbebas dari paham radikal. "Maupun terhadap paham yang mengarah kepada tindakan terorisme,” kata Syamsul di Hotel Rayz UMM.

Sementara itu, Direktur Pencegahan BNPT RI, Hamli menyebutkan, pelibatan sivitas akademika dalam upaya pencegahan terorisme dinilainya sangat penting. Terlebih, keseriusan itu juga ditunjukan melalui pihak BNPT yang meminta Muhammadiyah dalam upaya ini. BNPT telah memohon bantuan dari Muhammadiyah untuk melakukannya secara bersama.

"Karena Muhammadiyah sudah selesai untuk urusan ini maka mohon untuk ikut serta bersama pemerintah,” ungkap Hamli.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement