Selasa 28 Jul 2020 20:46 WIB

BPBA Dukung BPBD Penuhi Kebutuhan Penanganan Bencana

Sejak awal tahun 2020 hingga sekarang Aceh telah dilanda sebanyak 549 kali bencana.

Warga korban banjir rob melintas di depan rumahnya di Desa Gampong Pasir, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Sabtu (25/7/2020). Pemerintah Kabupaten Aceh Barat berencana akan merelokasi masyarakat pesisir korban banjir rob di lima Desa di Kecamatan setempat agar bisa terhindar dari bencana alam.
Foto: ANTARA /SYIFA YULINNAS
Warga korban banjir rob melintas di depan rumahnya di Desa Gampong Pasir, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Sabtu (25/7/2020). Pemerintah Kabupaten Aceh Barat berencana akan merelokasi masyarakat pesisir korban banjir rob di lima Desa di Kecamatan setempat agar bisa terhindar dari bencana alam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menyatakan Provinsi Aceh menjadi salah satu daerah yang rawan terhadap bencana, sehingga pihaknya terus berupaya untuk memenuhi segala kebutuhan kabupaten/kota dalam penanganan bencana.

Kepala Pelaksana BPBA Sunawardi, mengatakan yang menjadi ujung tombak dalam penanganan bencana di provinsi paling barat Indonesia tersebut ialah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di kabupaten/kota.

Baca Juga

"BPBA itu mendukung kerja BPBD. Kita mendukung BPBD bekerja, jadi apa kebutuhan yang mereka minta ke kita, maka kita penuhi sejauh yang ada pada kita," kata Sunawardi, di Banda Aceh.

Data BPBA, sejak awal tahun 2020 hingga sekarang Aceh telah dilanda sebanyak 549 kali bencana, mulai dari kebakaran, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), longsor, banjir, angin puting beliung, abrasi, kekeringan, banjir rob hingga gempa bumi.

Namun, bencana yang paling dominan melanda wilayah Aceh tersebut sepanjang tahun 2020 ialah kebakaran bangunan warga dan kebakaran hutan dan lahan, yang terjadi hampir di seluruh Aceh.

Maka menurut Sunawardi, BPBD menjadi ujung tombak dalam hal penanganan semua bencana di masing-masing daerah. Tentu upaya yang dilakukan di setiap kabupaten/kota di Aceh berbeda.

"Macam-macam kita suport, di awal tahun kita suport kebutuhan saat kebakaran hutan dan lahan seperti pompa portable, selang, alat pelindung diri (APD), dan berbagai macam lainnya," katanya.

Kemudian, ketika terjadi bencana banjir di daerah kita juga memberi dukungan perahu karet, dan bahkan logistik ketika dibutuhkan. Begitu juga dengan bencana non alam seperti COVID-19, maka BPBA juga menyediakan bantuan APD, desinfektan, masker dan lain sebagainya.

"Jadi terus kita suport, tergantung bencananya apa. Kita sudah banyak suport ke kabupaten/kota. Ujung tombak masing-masing penanganan bencana itu ada di kabupaten/kota," ujarnya.

Mengenai bencana gempa bumi, kata Sunawardi, hampir setiap hari di Tanah Rencong terjadi gempa bumi, namun tidak terasa karena kekuatannya kecil sehingga tidak dipublikasi.

Pada 2020, kata dia, BMKG juga telah memasang alat pendeteksi gempa bumi di seluruh daerah Aceh. Dan biasanya, gempa bumi dengan yang angka magnitudo lima ke atas akan dipublikasi oleh BMKG.

"Gempa di Aceh ini hampir setiap hari. Dalam seminggu bisa 20 kali gempa, jadi biasanya ini tidak dipublis di bawah (magnitudo) lima, kecuali gempa itu ada dipermukaan, terasa getarannya supaya masyarakat enggak panik," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement