Selasa 28 Jul 2020 16:03 WIB

Warga Shenzhen Cemas, Sopir Truk Hong Kong-China Kena Covid

Sopir yang positif tersebut beberapa kali mengangkut barang ke Shenzen.

Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)
Foto: EPA/CDC
Virus corona dalam tampilan mikroskopik. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga Kota Shenzhen, Provinsi Guangdong, cemas setelah seorang sopir truk pengangkut barang di jalur Hong Kong-China dinyatakan positif Covid-19. Informasi sejumlah media di China, Selasa, sopir truk asal Hong Kong bermarga Zhu yang dinyatakan positif Corona pada Rabu (22/7), ternyata beberapa kali mengangkut barang ke Shenzhen dan Dongguan, Provinsi Guangdong.

Zhu memasuki Shenzhen, kota di tenggara daratan China yang berbatasan langsung dengan Hong Kong, sejak 18 Juli setelah para sopir truk dibebaskan dari kewajiban tes asam nukleat karena telah menjalani masa karantina selama 14 hari di Hong Kong.

Baca Juga

Namun setelah kasus Zhu itu, maka para sopir truk kembali diwajibkan menjalani tes Covid-19 tersebut. Sebanyak 5.000 sopir truk telah menjalaninya sejak Kamis (23/7). Pemerintah Kota Shenzhen juga sudah tidak lagi mengakui hasil karantina 14 hari di Hong Kong.

Tes terhadap ratusan warga Shenzhen dan Dongguan untuk mengidentifikasi kasus tanpa gejala dan menghindari meluasnya penularan wabah Covid-19 gelombang berikutnya.

Otoritas kesehatan di Kota Shenzhen mendapati sembilan orang telah melakukan kontak dekat dengan Zhu. Delapan orang dinyatakan negatif, sedangkan satu lainnya sampai saat ini belum keluar hasil tesnya.

Sejumlah masyarakat mendesak penutupan jalur distribusi barang yang menghubungkan Hong Kong dengan Shenzhen. Namun Wakil Dekan Jurusan Kesehatan Masyarakat di Peking University, Wang Peiyu, menganggap desakan tersebut sangat tidak realistis.

Yang lebih realistis adalah mencegah penularan dengan melakukan identifikasi kasus tanpa gejala dan mengulang tes sesuai kebutuhan untuk menghindari kemungkinan hasil tes negatif palsu.

Saat memasuki wilayah Shenzhen, Zhu menunjukkan hasil tes negatif sehingga mungkin saja hasil itu palsu karena menurut Wang 10 persen hasil tes ditengarai palsu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement