Selasa 28 Jul 2020 13:08 WIB

Jokowi: Indonesia Diprediksi Masuk Tiga Besar Ekonomi Dunia

Bank Dunia dan IMF menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi global berada posisi minus.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Nidia Zuraya
Pertumbuhan ekonomi
Foto: Republika
Pertumbuhan ekonomi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan, Indonesia sebelumnya sempat diprediksi masuk dalam tiga besar pertumbuhan ekonomi yang paling baik di dunia setelah China dan India. Hal ini disampaikan managing director IMF kepada Jokowi.

“Tiga besar ini adalah China masih tumbuh 1,9 persen plus, India akan tumbuh tahun ini perkiraan mereka 1,2 persen plus, dan Indonesia berada di angka 0,5 persen plus,” kata Jokowi saat memberikan arahan kepada peserta program kegiatan bersama kejuangan di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (28/7).

Baca Juga

Kendati demikian, dengan kondisi perekonomian dunia yang sangat dinamis dan tidak menentu saat ini, Jokowi mengaku belum mengetahui posisi pertumbuhan ekonomi Indonesia terkini.

“Tetapi dengan perubahan-perubahan yang semakin buruk tadi, kita juga belum mendapatkan angka-angka yang paling akhir, berapa posisi negara kita pertumbuhan ekonominya di tahun 2020,” ucap dia.

Jokowi menceritakan, empat bulan yang lalu, managing director IMF menyampaikan pertumbuhan ekonomi global akan berada pada posisi minus 2,5 persen. Kemudian, sebulan setelahnya, Bank Dunia juga menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi global berada posisi minus 5 persen.

“Padahal sebelumnya masih minus 2,5 persen. Pada keadaan normal posisinya adalah 3-3,5 persen,”ungkapnya.

Dan kemudian tiga pekan yang lalu, OECD pun menyampaikan bahwa ekonomi global akan terkontraksi dan berada pada minus 6 hingga minus 7,6 persen. Kondisi ini terjadi di berbagai negara di dunia. Seperti di Prancis yang pertumbuhan ekonominya diperkirakan mencapai minus 17,2 persen, Inggris diprediksi pada posisi minus 15,4 persen, Jerman diperkirakan minus 11,2 persen, dan Amerika  Serikat diperkirakan berada posisi minus 9,7 persen.

“Dan negara-negara lain posisinya sama, minus minus minus,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement