Ahad 26 Jul 2020 08:16 WIB

Legislator: Kembangkan Obat Tradisional Secara Serius

Ketergantungan Indonesia terhadap obat-obat impor harus menjadi keprihatinan bersama.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Agus Yulianto
Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo.
Foto: dok istimewa
Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo mengimbau, agar pemerintah bersama dengan beberapa lembaga kompeten lainnya bergerak bersama untuk mengembangkan produksi obat tradisional lebih serius lagi. Menurutnya, Indonesia tidak boleh terlena terhadap dominasi obat-obat impor.

"Pada momentum pandemi Covid-19 ini, kita harus berpikir jauh ke depan. Jangan sampai kita terlena akan obat impor atau riset yang dilakukan pihak luar negeri. Kita harus mulai bangkit, membangun  agar Indonesia bisa mandiri dengan obat berbasis kearifan lokal," kata Rahmad dalam keterangan tertulisnya kepada Republika, Ahad (26/7).

Bahkan, menurutnya, pemerintah sudah harus membangun rumah sakit khusus untuk mendukung obat tradisional tersebut yang semua bahan bakunya dari kandungan lokal. Kata dia, ketergantungan Indonesia terhadap obat-obat impor harus menjadi keprihatinan bersama. Menurutnya, 90 persen semua bahan baku alat kesehatan (alkes), termasuk  bahan baku obat-obatan yang digunakan di Indonesia adalah impor.

"Kita (Indonesia) kan harus mandiri dibidang kesehatan, Karena itu, riset farmasi berbasiskan kearifan lokal harus terus menerus didorong. Beri kesempatan kepada perusahaan farmasi untuk mengembangkan manfaat kandungan lokal, seperti jahe, kunyit serta berbagai rempah-rempah yang menjadi kekayaan alam Indonesia," ujarnya. 

Rahmad yakin ahli farmasi di dalam negeri memiliki kemampuan untuk mengembangkan obat-obat berbasis kearifan lokal sepanjang didukung oleh pemerintah. Menurutnya momentum pandemi Covid-19 adalah saat yang tepat untuk membangun industri obat di tanah air yang berbasis kekayaan  sumber daya tanaman obat yang ada di  Indonesia.  

"Ingat, 90 persen bahan baku obat-obatan masih harus diimpor. Lalu kalau tidak dimulai dari sekarang,  kapan lagi kita bisa mandiri?," tuturnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement