Sabtu 25 Jul 2020 23:03 WIB

Luhut Yakin Indonesia Bisa Jadi Pemain Utama Baterai Lithium

Hilirisasi nikel akan menjadikan Indonesia sebagai pemain utama baterai lithium.

Mantan Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan meninggalkan Kompleks Istana Kepresidenan di Jakarta, Selasa (22/10/2019).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Mantan Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan meninggalkan Kompleks Istana Kepresidenan di Jakarta, Selasa (22/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan hilirisasi nikel yang  dilakukan pemerintah bisa menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dunia baterai lithium. Luhut mengatakan Indonesia memiliki cadangan bijih nikel terbesar dan terbaik kualitasnya di dunia.

"Hilirisasi nikel ini, kita kembangkan sampai ujungnya baterai dan keperluan lain. Kita akan jadi pemain utama lithium baterai ini," katanya dalam acara daring Sore Bersama LBP bertajuk "Investasi Di Tengah Pandemi", Sabtu (25/7),

Baca Juga

Indonesia, kata Luhut, akan mendorong terus pengembangan baterai lithium untuk kendaraan listrik. Sebab, pada 2030 nanti, Eropa akan mewajibkan semua kendaraan berbasis listrik.

"Itu kan tinggal 10 tahun lagi dari sekarang. Nah itu yang kita target. Pada 2025-2027 juga mereka terapkan berapa puluh persen harus pakai electric car. Kita pun secara bertahap akan pakai electric car," katanya.

Selain menjadi pemain utama dunia bahan baku baterai lithium, penggunaan kendaraan listrik juga berdampak pada pengurangan impor minyak karena berkurangnya kendaraan berbasis energi fosil.

"Kita akan jadi pemain ini," tegasnya.

Dia menjelaskan, perlahan Indonesia akan terus mendorong hilirisasi nikel untuk meningkatkan nilai tambah bagi dalam negeri. Selain berujung pada baterai lithium, hilirisasi nikel saat ini telah memberikan nilai tambah hingga 10,2 kali lipat. Dalam catatan Luhut, ekspor bijih nikel pada 2018 sebanyak 19,25 juta ton mencapai nilai 612 juta dolar AS.

Namun, setelah diproses menjadi stainless steel slab, ekspor produk hilirisasi tersebut sebanyak 3,85 juta ton menghasilkan 6,24 miliar dolar AS. "Ini tentu tidak berhenti di sini. Masih ada turunannya sampai lithium baterai," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement