Sabtu 25 Jul 2020 21:26 WIB

Dokter Tegaskan Tes Usap tak Bahayakan Otak

Tes usap dilakukan sampai dinding paling belakang hidung dan rongga mulut.

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron (kanan) mengikuti tes usap (swab test) di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (16/7/2020). Tes suap tersebut selain dilalukan usai tujuh pegawai KPK dinyatakan positif juga sebagai upaya mitigasi pencegahan penyebaran COVID-19 di lingkungan KPK. ANTARA FOTO/Reno Esnir/aww.
Foto: Antara/Reno Esnir
Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron (kanan) mengikuti tes usap (swab test) di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (16/7/2020). Tes suap tersebut selain dilalukan usai tujuh pegawai KPK dinyatakan positif juga sebagai upaya mitigasi pencegahan penyebaran COVID-19 di lingkungan KPK. ANTARA FOTO/Reno Esnir/aww.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA --  Dokter spesialis THT Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM) Anton Sony Wibowo menegaskan bahwa tes usap (swab) aman dilakukan serta tidak membahayakan atau merusak otak. Sebelumnya, kabar tentang tes usap COVID-19 dapat merusak otak ramai beredar di media sosial Tanah Air. 

Ada netizen yang mengklaim tes usap hidung yang tajam telah menusuk otak dan membuatnya melakukan lobotomi.

"Tidak benar jika swab test COVID-19 bisa merusak otak karena hanya dilakukan sampai nasofaring atau dinding paling belakang hidung dan rongga mulut," kata Anton melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Sabtu.

Ia menjelaskan bahwa lokasi penghalang darah otak relatif jauh dari lokasi anatomi tempat tes usap dilakukan. Selain itu, penghalang darah otak dilindungi tulang dasar otak yang relatif kuat.

Anton mengatakan tes itu tidak akan merusak penghalang darah otak, kecuali pada kondisi tertentu. Misalnya, pecahnya dinding dasar otak akibat tumor atau trauma.

Tes usap saat ini cukup ramai diperbincangkan karena menjadi salah satu metode dalam mendeteksi keberadaan virus corona jenis baru penyebab COVID-19 pada manusia. Tes dilakukan dengan mengambil sampel lendir, dahak, atau cairan di daerah nasofaring ataupun orofaring pada pasien yang diduga terinfeksi virus corona.

"Swab test sampai sekarang menjadi diagnosis utama COVID-19 karena bisa mendeteksi keberadaan virus dalam tubuh," kata dia.

Selain tes usap, rapid test antibodi merupakan metode lain yang banyak digunakan untuk skrining awal COVID-19. Hanya saja, Anton menyebutkan bahwa tes cepat ini memiliki akurasi lebih rendah dibandingkan swab test karena hanya baru bisa mendeteksi antibodi dalam tubuh saja, bukan keberadaan virus corona.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement