Sabtu 25 Jul 2020 13:02 WIB

Harga Minyak Naik Didukung Data Ekonomi

Kenaikan harga minyak dunia dibatasi ketegangan antara AS dan China.

Harga minyak sedikit menguat pada akhir perdagangan Jumat (24/7), terangkat oleh beberapa data ekonomi yang relatif kuat.
Foto: Bernd Wuestneck/dpa via AP
Harga minyak sedikit menguat pada akhir perdagangan Jumat (24/7), terangkat oleh beberapa data ekonomi yang relatif kuat.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak sedikit menguat pada akhir perdagangan Jumat (24/7), terangkat oleh beberapa data ekonomi yang relatif kuat. Namun, pertikaian antara Amerika Serikat dan China yang kian memburuk membatasi kenaikan lebih lanjut.

Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September naik tiga sen menjadi 43,34 dolar AS per barel. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan September bertambah 22 sen menjadi 41,29 dolar AS per barel. Untuk minggu ini harga minyak Brent naik 0,5 persen, sedangkan harga minyak mentah AS, WTI, naik 1,7 persen.

Baca Juga

Menjelang akhir pekan, para pelaku pasar mengamati Badai Tropis Hanna, yang diperkirakan akan menyeberang ke Baffin Bay, 74 kilometer (74 km) selatan Corpus Christi, Texas, pada Sabtu sore atau malam hari.

Sejauh ini perusahaan-perusahaan energi mengatakan belum ada evakuasi pekerja atau penghentian produksi dari anjungan lepas pantai di utara Teluk Meksiko.

Mengangkat sentimen pasar, aktivitas bisnis zona Euro tumbuh pada Juli untuk pertama kalinya sejak pandemi Virus Corona, menurut Indeks Manajer Pembelian (PMI) IHS Markit. Indeks dipandang sebagai indikator yang baik untuk kesehatan ekonomi blok.

"Data ekonomi di Eropa jauh lebih baik daripada yang diantisipasi, yang menunjukkan bahwa kehancuran permintaan dalam beberapa bulan terakhir karena Covid-19 mungkin tidak seburuk yang dipikirkan orang," kata Analis Senior Price Futures,Phil Flynn, di Chicago.

Sementara itu, aktivitas bisnis AS meningkat ke level tertinggi enam bulan pada Juli. Namun, perusahaan-perusahaan AS melaporkan penurunan pesanan baru karena kasus baru Covid-19 meningkat.

Pandemi yang bangkit kembali telah mempersuram prospek ekonomi AS. Beberapa negara bagian telah memberlakukan kembali pembatasan, yang akan mengurangi konsumsi bahan bakar.

Harga minyak bisa melihat koreksi jangka pendek jika pemulihan permintaan bahan bakar melambat lebih lanjut, terutama di Amerika Serikat, kata Barclays Commodities Research. Namun Barclays menurunkan perkiraan surplus pasar minyak untuk 2020 menjadi rata-rata 2,5 juta barel per hari (bph) dari 3,5 juta barel per hari sebelumnya.

Jumlah rig minyak dan gas AS, indikator produksi di masa depan, turun dua rig ke level terendah sepanjang masa 251 rig dalam sepekan hingga 24 Juli, menurut data dari perusahaan jasa energi Baker Hughes Co. Namun, perusahaan energi itu menambahkan satu rig minyak dalam kenaikan mingguan pertama sejak Maret.

Membebani harga minyak, China memerintahkan Amerika Serikat untuk menutup konsulatnya di kota Chengdu, menanggapi permintaan AS minggu ini bahwa China harus menutup konsulatnya di Houston. Ketegangan terbaru antara dua konsumen minyak teratas dunia itu semakin memicu kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar.

"Hubungan perdagangan internasional yang lancar diperlukan agar permintaan minyak tetap tidak terganggu dalam jangka panjang serta ketegangan antara AS dan China bukan merupakan pertanda baik," kata Kepala Pasar Minyak Rystad Energy, Bjornar Tonhaugen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement