Jumat 24 Jul 2020 17:30 WIB

Saat Kudeta 2016, China Dukung Penuh Pemerintahan Erdogan

Dubes Turki menilai China memberikan dukungan yang tulus ke pemerintahan Turki.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Sebuah plang bertuliskan
Foto: AP Photo/Bram Janssen
Sebuah plang bertuliskan

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pemerintah China menyatakan dukungan kepada Turki secara demokratis setelah terjadi upaya kudeta pada 2016. Duta Besar Turki untuk Beijing, Abdulkadir Emin Onen mengatakan, di masa-masa sulit tersebut China memberikan dukungan yang tulus.

"Sangat penting bahwa dalam masa sulit ini dukungan tulus datang dari teman sejati kita," ujar Onen dalam diskusi panel secara online dengan China.

Baca Juga

Onen kembali mengingat peristiwa yang terjadi pada 15 Juli 2016. Ketika itu, FETO melakukan penyerangan terhadap warga sipil menggunakan kendaraan darat dan pesawat udara. Mereka juga berupaya membunuh Presiden Recep Tayyip Erdogan. Upaya kudeta ini menimbulkan 300 orang meninggal dunia dan lebih dari 2.100 lainnya terluka.

Banyak bangunan pemerintah, termasuk parlemen Turki dan Istana Kepresidenan rusak karena dibom dari udara. Setelah upaya kudeta, Wakil Menteri Luar Negeri Cina, Zhang Ming datang ke Turki. "Pada saat kritis, China berdiri bersama pemerintah Turki," ujar Onen.

Onen mengatakan, FETO masih aktif di 160 negara dan telah menjadi sebuah ancaman. Onen menegaskan, FETO tidak dapat diterima di seluruh negara termasuk China. "Tidak ada negara di dunia, termasuk China yang menjadi tempat bersembunyi anggota FETO," kata Onen.

Sejumlah pakar menilai, Amerika Serikat (AS) berada di balik upaya kudeta tersebut. Direktur Shanghai University Global Research Center, Guo Changgang mengatakan, upaya kudeta yang dilakukan oleh FETO adalah salah satu rencana yang telah disiapkan oleh AS untuk mengubah Pemerintah Turki.

"Jika Anda melihat upaya kudeta yang gagal pada 15 Juli dari perspektif yang berbeda, Anda akan melihat bahwa itu adalah salah satu rencana yang telah disiapkan AS untuk mengubah pemerintah di Turki," kata Guo.

Sementara, Anggota Komite Keamanan dan Kebijakan Luar Negeri Kepresidenan Turki dan Rektor Universitas Altinbas, Cagri Erhan memperingatkan semua negara terhadap pergerakan FETO. Erhan mengatakan, kelompok FETO menggunakan agama sebagai penyamaran dalam penataan pendidikan, bisnis, dan organisasi non pemerintah di seluruh dunia.  "Kita harus mengambil lebih banyak langkah melawan organisasi teroris global ini," kata Erhan.

Turki menggolongkan FETO dan pemimpinnya yang berbasis di AS, Fetullah Gulen sebagai organisasi teroris. FETO melakukan sebuah gerakan rahasia untuk menyusup ke lembaga-lembaga negara dan mengatur upaya kudeta pada 2016.

Ankara juga menuduh FETO berada di balik kampanye jangka panjang untuk menggulingkan negara melalui institusi Turki, khususnya militer, polisi, dan pengadilan.

sumber : Anadolu
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement