Jumat 24 Jul 2020 10:26 WIB

Mendag Minta Seluruh Pelaku Usaha Tingkatkan Ekspor

Nilai perdagangan Indonesia periode Januari-Juni surplus sebesar 5,50 miliar dolar AS

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Ekspor impor
Foto: Republik
Ekspor impor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Agus Suparmanto meminta seluruh pelaku usaha dan masyarakat bergerak cepat dalam meningkatkan dan menjaga ekspor Indonesia di pasar global. Menurutnya, peran aktif seluruh pihak sangat diperlukan. 

“Kita harus bergerak cepat, tidak ada lagi waktu untuk saling menunggu. Banyak hal yang bisa kita gali dan kembangkan demi peningkatan ekspor,” tegasnya melalui keterangan resmi pada Kamis (23/7).

Baca Juga

Ia mengungkapkan, sejumlah produk seller market Indonesia yang mendominasi pasar dunia. Di antaranya minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dengan pangsa pasar 53 persen, sarang burung wallet 47,8 persen, cengkeh 36,1 persen, dan nikel 28 persen.

Ada pula produk oleo chemical, margarin, cocoa butter, tisu, timah, dan flooring dari kayu. Ia menambahkan, sejumlah tantangan besar yang dihadapi perdagangan global, di antaranya perubahan perilaku konsumen yang kini menjadi lebih selektif dalam memilih produk dan mengutamakan produk higienis, serta perubahan pola perdagangan yang berkembang ke sektor niaga elektronik atau e-commerce. 

Tantangan lainnya, yaitu meningkatkan praktik proteksionisme dan hambatan perdagangan, sulitnya penyelesaian perundingan kerja sama perdagangan antarnegara di masa pandemi Covid-19, serta besarnya potensi defisit dan resesi ekonomi di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Menghadapi hal itu, Mendag menyampaikan sejumlah strategi peningkatan ekspor Indonesia ke pasar global yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. 

Strategi jangka pendek fokus pada pengembangan produk yaitu produk yang pertumbuhannya positif selama pandemi. Contohnya produk makanan dan minuman, serta alat kesehatan, lalau produk yang kembali pulih pascapandemi, contohnya otomotif serta Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) baru yang muncul akibat pandemi, contohnya produk farmasi. 

Sedangkan, strategi jangka menengah dan panjang difokuskan pada langkah-langkah mempertahankan pangsa pasar bagi produk yang memiliki kekuatan pasar di negara tujuan ekspor. Di antaranya meningkatkan pangsa pasar produk yang potensial dan memiliki tren ekspor meningkat dalam lima tahun, serta fokus pada produk-produk yang harus dipulihkan karena tren ekspornya turun dalam lima tahun terakhir.

Sedangkan sebagai langkah konkret dalam meningkatkan daya saing ekspor, berbagai langkah terus dilakukan Kementerian Perdagangan melalui Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional yaitu Penguatan Desain. Meliputi Pendirian Indonesia Design Development Center (IDDC), Good Design Indonesia (GDI), Designers Dispatch Services (DDS), serta Klinik Konsultasi Desain. 

Selain itu, melalui pendampingan fasilitasi sertifikasi seperti HACCP, GMP, Halal, Organik, paten, merek, indikasi geografis dan desain industri, serta penguatan program pendampingan ekspor (export coaching program). Kemendag juga terus memperkuat akses pasar, antara lain melalui promosi atau penjajakan kesepakatan dagang (business matching), baik luring maupun daring, inteligen pasar berbasis pasokan dan permintaan, memperkuat Atdag/ITPC/KDEI sebagai intelijen dagang dan agen pemasaran, serta digitalisasi informasi melalui aplikasi Inaexport.id. 

Kemendag juga terus berupaya memfinalisasi perjanjian perdagangan internasional (FTA/CEPA/PTA) di masa pandemi ini melalui negosiasi virtual. Kemudian kementerian mengembangkan Sistem Resi Gudang (SRG) yang menawarkan terbukanya akses pasar di dalam dan luar negeri.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, nilai perdagangan Indonesia periode Januari sampai Juni 2020 mengalami surplus sebesar 5,50 miliar dolar AS dibandingkan periode sama 2019 yang defisit 1,87 miliar dolar AS. Pada periode Januari sampai Juni 2020, nilai ekspor nonmigas mencapai 72,43 miliar dolar AS. Negara tujuan ekspor utama Indonesia yaitu China sebesar 17,71 persen, Amerika Serikat 11,68 persen, Uni Eropa 8,91 persen, Jepang 8,68 persen, India 6,55 persen, dan Singapura 6,36 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement