Jumat 24 Jul 2020 02:53 WIB

Pusat Bisnis di Singapura Terancam Tenggelam?

PBB menyebut naiknya suhu permukaan bumi kemungkinan terjadi pada 2030 sampai 2052.

Salah satu sudut Kota Singapura.
Foto: AP
Salah satu sudut Kota Singapura.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Kawasan pusat bisnis (CBD) di Singapura rentan tenggelam oleh air laut yang naik karena dampak pemanasan global, kata konsultan properti setempat CBRE dalam laporannya yang terbit, Kamis (23/7). Konsultan itu menyebut 51 bangunan di atas tanah seluas 1,9 juta meter persegi (sekitar 20,8 juta kaki persegi) rentan terdampak banjir, mengingat suhu permukaan bumi yang diprediksi akan naik sampai 1,5 derajat Celsius.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), melalui unit kerjanya di bidang perubahan iklim, menyebut naiknya suhu permukaan bumi kemungkinan terjadi pada 2030 sampai 2052.

CBRE menyebut Marina Bay merupakan daerah yang paling rentan terdampak banjir akibat tingginya permukaan air laut. Marina Bay merupakan area wisata dan pusat bisnis di Singapura yang dipenuhi banyak pencakar langit dengan nilai miliaran dolar.

Banyak distrik dan pusat bisnis di Singapura dibangun di atas tanah reklamasi dan tingginya kurang dari lima meter dari permukaan air laut. Di kawasan itu, banyak perusahaan multinasional membangun kantor perwakilan.

Jika suhu permukaan bumi naik sampai empat derajat Celsius pada 2100, maka pusat bisnis seluas empat juta kaki di Singapura yang di atasnya berdiri 13 gedung akan ikut terancam, kata CBRE.

"Singapura rentan terdampak gelombang panas dalam waktu lebih lama, banjir rob, dan tingginya permukaan air laut akibat dampak perubahan iklm," tulis sejumlah analis CBRE dalam laporannya.

"Meskipun pemerintah telah menjalankan sejumlah langkah pencegahan untuk memitigasi dampak, kebijakan itu tidak menghapus seluruh risiko yang ada," sebut CBRE.

Menurut pemerintah setempat, biaya yang harus dikeluarkan untuk melindungi Singapura dari dampak tingginya permukaan air laut sebanyak 100 miliar dolar Singapura (sekitar Rp1.047,6 triliun). Langkah pencegahan itu dilakukan lebih dari 100 tahun.

Pemerintah tahun lalu mengatakan pihaknya akan mengeluarkan 400 juta dolar Singapura (sekitar Rp4,2 triliun) untuk memperbaiki dan memelihara saluran air serta memperkuat kesiapan menghadapi banjir.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement