Kamis 23 Jul 2020 18:40 WIB

 Sekolah Juara Pakai Metode Blanded Learning 

Metoda ini menciptakan susana belajar mengajar seperti di kelas.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Direktur Indonesia Juara Foundation (IJF) Ustadz Sobirin, usai acara Peresmian Logo Baru Sekolah Juara, Kamis (23/7).
Foto: Arie Lukihardianti/Republika
Direktur Indonesia Juara Foundation (IJF) Ustadz Sobirin, usai acara Peresmian Logo Baru Sekolah Juara, Kamis (23/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sekolah Juara memiliki metode sendiri dalam menghidupkan suasana belajar di kelas. Karenanya, dalam kondisi pandemi Covid-19, Sekolah Juara menggunakan metode blanded learning

"Jadi, dengan metode ini gurunya mengajar di kelas dan anak-anak belajad dirumah tapi suasana seperti di sekolah," ujar Direktur Indonesia Juara Foundation (IJF) Ustadz Sobirin, usai acara Peresmian Logo Baru Sekolah Juara, Kamis (23/7).

Sobirin mengatakan, di luar jam pelajaran, Sekolah Juara pun membuat evaluasi harian dengan menggunakan aplikasi khusus untuk memantau murid dari mulai bangun sampai tidur. Setiap siswa akan dilaporkan aktivitasnya melalui aplikasi ini. "Dengan metode dan aplikasi ini, harapannya pembelajaran di rumah masing-masing tak akan berkurang kualitasnya," katanya.

Selain itu, di semua Sekolah Juara ada home visit mengunjung siswa satu-satu agar ada ikatan antara guru dengan siswanya. "Karena kan kalau belajar secara online kurang boundingnya kalau siswa dikunkungi bisa mengurangi rasa rindu. Sekolah Juara yang ada 19 sekolah, satu pun belum ada yang masuk zona hijau jadi belajarnya dari rumah," katanya.

Sekolah Juara sendiri, melakukan transformasi menjadi Sekolah Berbasis Social Enterprise. Awalnya, Sekolah Juara dibuat karena

tingginya angka putus sekolah di Indonesia sehingga menyebabkan anak-anak kehilangan hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. 

"Sekolah Juara hadir membantu pemerintah untuk menjadi salah satu solusi atas permasalahan tersebut," katanya.

Sekolah Juara, kata dia, merupakan program pendidikan Rumah Zakat yang didirikan pada 2007. Awalnya, Sekolah Juara diperuntukkan bagi anak-anak yatim dan dhuafa agar bisa tetap mendapatkan akses pendidikan yang berkualitas dengan menerapkan konsep multiple intelligences.

Seiring perjalanan waktu, kata dia, tepat satu dekade pada tahun 2017, Sekolah Juara telah memiliki 19 unit layanan di seluruh Indonesia, meliputi 1 TK Juara, 15 SD Juara, 2 SMP, dan 1 SMK Juara. Jumlah 19 unit tersebut tersebar di 10 provinsi dan 17 kabupaten/kota, yaitu di Provinsi Sumatera Utara, Riau, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Papua.

Transformasi Sekolah Juara, kata dia, dilakukan karena semakin pesatnya pertumbuhan Sekolah Juara di berbagai daerah karena terkenal dengan kualitasnya. Sehingga, menyebabkan meningkatnya permintaan berbagai kalangan orang tua siswa untuk bisa menyekolahkan anaknya di Sekolah Juara. 

Di sisi lain, kata dia, Rumah Zakat telah melakukan perubahan pola pemberdayaan terhadap unit binaannya. Pola menjadi sponsor tunggal selama 20 tahun dirasa kurang efektif dan menjadikan cakupan pemberdayaan Rumah Zakat terbatas karena beban biaya tetap yang cukup besar. 

Oleh karena itu, kata dia, pada 2019 Rumah Zakat mulai bertransformasi dalam menjalankan progam pemberdayaannya, salah satunya diterapkan di Sekolah Juara. Adapun skema transformasi yang dilakukan yaitu, mengubah skema Sekolah Juara dari sekolah gratis berkualitas menjadi sekolah berbasis social enterprise. 

Dengan adanya transformasi te,sebut, kata dia, diharapkan bisa mencetak generasi penerus bangsa yang mempunyai nilai-nilai JUARA (Juara, Ulet, Amanah, Religius, dan Aktif) yang bisa didapatkan oleh anak-anak di semua kalangan. Melalui pendidikan yang berkualitas, Sekolah Juara pun berkomitmen untuk melahirkan generasi yang berakhlak sesuai tuntunan Alquran dan bisa mewujudkan generasi yang cerdas, mandiri, serta kompetitif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement