Kamis 23 Jul 2020 15:42 WIB

Kementan: Permintaan Telur Ayam Naik 10 Persen

Produksi telur dari tingkat peternak tetap stabil.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Pembeli memilih telur ayam ras di salah satu stan di Pasar Tambah Rejo, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (1/7/2020). ilustrasi. ANTARA FOTO/Moch Asim/foc.
Foto: Antara/Moch Asim
Pembeli memilih telur ayam ras di salah satu stan di Pasar Tambah Rejo, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (1/7/2020). ilustrasi. ANTARA FOTO/Moch Asim/foc.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga komoditas telur ayam mengalami kenaikan dalam sepekan terakhir. Kementerian Pertanian (Kementan) menuturkan, kenaikan tersebut salah satunya dipicu oleh naiknya permintaan telur ayam oleh masyarakat pasca lebaran.  

Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan, Sugiono,Kementan, mengatakan, permintaan telur ayam ras secara rata-rata mengalami kenaikan 10 persen.

Baca Juga

Sementara, produksi telur dari tingkat peternak tetap stabil. Akibat ketidakseimbangan itu, harga di tingkat hilir ikut merangkak naik.

"Untuk mengimbangi kenaikan permintaan, peternak direkomendasikan tingkatkan performa produksinya," kata Sugiono saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (23/7).

Menurut dia, salah satu rekomendasi bagi peternak untuk meningkatkan performa produksi dengan memperpanjang masa produksi. Dari semula 92 minggu menjadi 97 minggu. Langkah itu dinilai dapat membantu memperbesar produksi telur sehingga kenaikan permintaan yang bisa terjadi nantinya dapat lebih diantisipasi.

Namun, ia menilai, naiknya permintaan telur di sisi lain menunjukkan hal yang positif. Sebab, hal itu menunjukkan adanya perbaikan daya beli masyarakat setelah dalam beberapa bulan terakhir permintaan sangat rendah akibat daya beli tertekan imbas pandemi Covid-19.

Mengutip Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), rata-rata nasional harga telur sebesar Rp 27.050 per kilogram (kg) atau melebihi dari acuan pemerintah yang baru dinaikkan menjadi Rp 24.000 per kg. Harga konsiten naik dari pekan lalu yang masih sekitar Rp 26.300 per kg.

"Telur ini memang agak kompleks di pasar sampai Rp 27 ribu per kilogram. Kami masih mengidentifikasi persoalan ini," kata Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Abdullah Mansuri.

Menurutnya, distributor telur terbesar terdapat di Jawa Timur. Ia mengatakan, kenaikan harga tersebut bisa disebabkan oleh tersendatnya distribusi akibat situasi pandemi Covid-19. Namun, tak menutup kemungkinan merupakan pengaruh dari produksi di hulu.

"Kami juga sedang menghubungi beberapa kelompok peternak, akan terus kami update," kata Mansuri.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement