Kamis 23 Jul 2020 12:54 WIB

Studi: Amerika Utara Dihuni Manusia Sejak 26.500 Tahun Lalu

Penelitian ini berfokus pada artefak di Gua Chiquihuite.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
picture-alliance/AP/M. Thomsen
picture-alliance/AP/M. Thomsen

Sebuah penelitian yang diterbitkan pada Rabu (22/7) mengungkapkan, Amerika Utara kemungkinan telah dihuni manusia sejak 26.500 tahun lalu, jauh lebih awal daripada kebanyakan ilmuwan yakini.

Penemuan ini muncul dari analisis alat-alat hasil galian dari sebuah gua di Meksiko tengah yang kini menunjukkan bukti kuat, manusia telah hidup di Amerika Utara sekitar 15 ribu tahun lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.

Penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature ini berfokus pada artefak - termasuk 1.900 alat-alat batu – yang ditemukan di bagian ketinggian Gua Chiquihuite.

Alat batu yang diimpor

Alat-alat batu yang ditemukan tersebut memperlihatkan sebuah “kemajuan teknologi”, yang diyakini oleh penulis studi dibawa dari tempat lain.

“Hasil penelitian kami memberikan bukti baru terkait kekunoan manusia di Amerika,” kata Ciprian Ardelean, seorang arkeolog di Universidad Autonoma de Zacatecas yang juga penulis utama studi tersebut.

Ardelean mengatakan bahwa hasil penanggalan radiokarbon menunjukkan bahwa beberapa artefak memiliki rentang usia 33 ribu hingga 31 ribu tahun, meskipun para ilmuwan masih berusaha memverifikasi hal tersebut.

Tidak ada jejak tulang manusia atau DNA yang ditemukan di situs galian. “Sangat mungkin bahwa manusia menggunakan situs ini secara relatif konstan, mungkin dalam episode musiman berulang dari siklus migrasi yang lebih besar,” kata penelitian itu menyimpulkan.

Perdebatan di antara para ahli

Sebelum penelitian ini muncul, teori kedatangan manusia di Amerika yang diterima secara luas menyebutkan, nenek moyang terdahulu berjalan melintasi daratan dari yang saat ini menjadi Rusia menuju Alaska sekitar 13.500 tahun yang lalu, kemudian pindah ke selatan melalui koridor di antara dua lapisan es besar.

Teori ini sangat diperdebatkan di antara para ahi dan studi baru di atas kemungkinan akan sangat diperdebatkan pula.

“Hal itu terjadi setiap kali ada orang yang menemukan situs yang usianya lebih tua dari 16.000 tahun – reaksi pertama adalah penolakan dan penerimaan yang sulit,” kata Ardelean, yang pertama kali menggali gua tersebut pada 2012 namun tidak menemukan barang-barang tertua hingga 2017.

Tom Dillehay, seorang profesor antropologi dari Vanderbilt University di Nashville, Tennessee, yang tidak terlibat dalam studi gua itu, mengatakan, usia yang diusulkan dalam studi tersebut pada akhirnya akan dapat dianggap sah jika mereka dapat bertahan dalam pengujian lebih lanjut.

Dia tidak mempertanyakan ihwal beberapa artefak kemungkinan merupakan buatan manusia, tetapi mengatakan bahwa dia ingin melihat bukti lain dari pendudukan manusia di gua tersebut, seperti bukti perapian, pecahan tulang-belulang, dan bukti sisa pembakaran tanaman.

gtp/rap (AFP, AP)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement