Kamis 23 Jul 2020 06:51 WIB

Cahaya Peradaban Islam di Afrika Barat (3-Habis)

Universitas Sankore menjadi obor peradaban Islam di Afrika Barat.

Rep: Heri Ruslan/ Red: Muhammad Hafil
Cahaya Peradaban Islam di Afrika Barat . Foto: Masjid Hasan II, simbol kebesaran Islam di Maroko
Foto: Irfan Junaidi/Republika.co.id
Cahaya Peradaban Islam di Afrika Barat . Foto: Masjid Hasan II, simbol kebesaran Islam di Maroko

REPUBLIKA.CO.ID, MAROKO -- Universitas Sankore terbilang unik dan berbeda dari universitas yang ada di Eropa. Sistem pendidikan tinggi yang ditawarkannya terbilang amat khas. Perguruan tinggi ini tak mengenal pusat administrasi, daftar mahasiswa, atau penentuan program studi. Universitas ini menawarkan kebebasan bagi para mahasiswanya untuk mengambil studi apa pun yang diinginkannya.

Perguruan tinggi yang berada di Timbuktu, Mali, Afrika Barat, itu merupakan kumpulan beberapa sekolah independen atau fakultas yang masing-masing dikelola dan dipimpin oleh seorang guru atau imam. Para mahasiswa mempelajari satu bidang studi dari seorang guru. Kuliah dilakukan di halaman kompleks masjid yang terbuka atau rumah tinggal sang guru atau imam.

Metode pendaftaran serta format pendidikan yang ditawarkan universitas ini terbilang sangat sederhana. Universitas Sankore lebih mementingkan dan memastikan kurikulum yang diajarkan bisa lebih intens dan komprehensif, baik itu ilmu agama maupun ilmu pengetahuan umum. Ada empat tingkatan studi yang ditawarkan universitas ini bagi para mahasiswanya.

Tingkat pertama. Pada tingkat ini, para mahasiswa harus menghafal Alquran serta menguasai bahasa Arab secara sempurna. Para mahasiswa juga diajarkan bagaimana berkomunikasi dan menulis secara efektif. Para pelajar juga diperkenalkan dengan dasar-dasar ilmu lainnya. Tingkat dasar ini sering disebut sebagai sekolah Alquran.

Tingkat kedua. Memasuki tingkat kedua, para mahasiswa harus memiliki komitmen untuk mengingat dan mengamalkan Alquran. Ini dipandang amat penting, karena seluruh ilmu Islam bersumber dari Alquran. Setiap pengajaran dan penjelasan yang tak didukung dengan ayat-ayat Alquran akan ditolak. Tahap ini juga bisa disebut tingkat pembelajaran umum.

Pada tingkat kedua ini, para mahasiswa diperkenalkan dengan beragam pengetahuan keislaman seperti; tata bahasa, tafsir Alquran, hadis, hukum Islam, matematika, geografi, sejarah, fisika, madzhab-madzhab Islam, kimia, serta ilmu penyucian hati dan jiwa. Para mahasiswa pun belajar kode etik berniaga dan berbisnis. Ini dianggap penting karena para mahasiswa akan menjadi imam.

Tingkat superior. Pada tahap ini kurikulum yang diajarkan sudah dispesialisasi dan sudah pada level yang tinggi. Para mahasiswa akan belajar di kelas yang dipimpin oleh seorang profesor ternama. Tingkat ini merupakan salah satu unggulan yang ditawarkan Universitas Sankore. Di tingkat superior ini para mahasiswa dituntut untuk lebih banyak melakukan riset.

Para guru besar akan mengajukan pertanyaan yang berlainan dengan bidang studi yang diajarkan. Lalu, mereka dituntut untuk melakukan penelitian. Hasilnya disampaikan di depan sang guru besar. Para mahasiswa berusaha mempertahankan pendapatnya, sementara mahasiswa lain akan menghujaninya dengan pertanyaan yang kritis. Hal ini membuat para mahasiswa serius melakukan risetnya.

Mahasiswa pada tingkat ini bisa belajar dari satu departemen ke departeman lainnya yang dipimpin seorang guru besar. Kebanyakan mahasiswa akan mencari seorang syekh atau master dan belajar secara langsung kepadanya. Tingkatan ini setinggi PhD, sekarang. Untuk menyelesaikan tingkatan ini, seorang mahasiswa harus menempuh studi selama 10 tahun.

Lingkaran pengetahuan

Ini adalah kelompok diskusi apara imam, ilmuwan, dan guru besar. Tugasnya untuk mendiskusikan isu-isu krusial tentang keislaman. Isu-isu itu akan dipertanyakan oleh para khalifah atau pemimpin negara Muslim kepada para ulama dan ilmuwan di Timbuktu. Pertanyaan itu akan didistribusikan kepada para anggota lingkaran pengetahuan. Setiap ulama dan ilmuwan akan melakukan riset dan kemudian akan membahasnya dalam sebuah diskusi. Hasilnya ditulis dalam sebuah risalah.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement