Rabu 22 Jul 2020 18:09 WIB

Hadapi Krisis, Pelaku Usaha Harus Perbanyak Kolaborasi

para pelaku usaha harus adaptif menggunakan platform digital

Pedagang menunggu pelanggan di depan toko yang tutup di Kawasan Pusat Pertokoan, Jalan Gandawijaya, Kota Cimahi, Jumat (3/4). Pemerintah Kota Cimahi mengimbau seluruh perusahaan di Cimahi menghentikan atau melakukan pembatasan terhadap aktivitas usahanya sementara waktu guna menekan penyebaran virus Corona (Covid-19), hal tersebut berdampak pada sepinya jumlah pengunjung di kawasan tersebut
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Pedagang menunggu pelanggan di depan toko yang tutup di Kawasan Pusat Pertokoan, Jalan Gandawijaya, Kota Cimahi, Jumat (3/4). Pemerintah Kota Cimahi mengimbau seluruh perusahaan di Cimahi menghentikan atau melakukan pembatasan terhadap aktivitas usahanya sementara waktu guna menekan penyebaran virus Corona (Covid-19), hal tersebut berdampak pada sepinya jumlah pengunjung di kawasan tersebut

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menyiapkan strategi alternatif sebanyak mungkin menjadi hal penting yang harus dimiliki para pelaku usaha dalam menghadapi krisis yang ditimbulkan dari pandemi Covid-19. Di sisi lain, para pelaku usaha harus adaptif menggunakan platform digital secara baik dan benar sebagai upaya melakukan recovery secara cepat.

Demikian benang merah dari webinar bertajuk "Taklukkan Krisis Bisnis dengan Strategic Thingking" yang digelar Selasa (21/7) di Jakarta. Hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut Dr. Firsan Nova dari Nexus Risk Mitigation and Strategic Communication dan Nugroho Andaf (CEO of Andaf Corp).

"Ketika menghadapi krisis seperti sekarang, diperlukan adanya emergency strategy. Di sini diperlukan banyak alternatif sebagai upaya merespons kondisi yang ada," ujar Firsan yang juga menjadi penulis buku Crisis Public Relations ini.

Bentuk lain dari alternatif dan emergent strategy, Firsan menjelaskan adalah membangun banyak kolaborasi. Bentuk semacam ini sangat diperlukan untuk menguatkan daya tahan dalam menghadapi krisis.

Firsan menambahkan di dalam manajemen strategi menghadapi krisis ini diperlukan tiga cara berfikir. Cara pertama mendorong micro thinking, yakni fokus pada produk. Selanjutnya, macro thinking yang memfokuskan pada penguasaan pasar. Kemudian mega thinking dengan fokus pada kepentingan publik, bagaimana kita bermanfaat bagi publik.

"Ketiga cara berpikir itu diselaraskan dengan kolaborasi. Dengan adanya kolaborasi ini akan melahirkan semakin banyak alternatif strategi untuk bersama-sama menghadapi krisis," kata dosen di Universitas Darma Persada dan Universitas Al Azhar Indonesia ini.

Sementara Nugraha mengatakan digital marketing menjadi solusi penting bagi para pelaku usaha dalam menghadapi krisis pada masa sekarang. Ia juga menambahkan seorang pelaku usaha di saat menghadapi krisis seperti ini dituntut untuk bisa adaptatif dalam mengembangkan diversifikasi bisnis.

Nugraha juga sepakat dalam kondisi sekarang diperlukan lebih banyak bentuk-bentuk kolaborasi usaha. "Dalam tahap ini kita harus bisa cari dukungan dari orang-orang terdekat dan perbanyaklah referensi terhadap peluang usaha yang dapat dimaksimalkan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement