Rabu 22 Jul 2020 15:29 WIB

Jepang Resmi Kampanye Pariwisata Domestik di Tengah Pandemi

Kampenye pariwisata Jepang saat pendemi Covid-19 dihujani kritikan

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Seorang pengunjung mengambil gambar bunga teratai di Shinobazu Pond di Tokyo, Jepang, Selasa (14/7/2020).
Foto: EPA-EFE/FRANCK ROBICHON
Seorang pengunjung mengambil gambar bunga teratai di Shinobazu Pond di Tokyo, Jepang, Selasa (14/7/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang resmi menggelar kampanye pariwisata domestik untuk membangkitkan perekonomian yang jatuh selama pandemi virus korona. Tapi langkah yang dimulai saat angka kasus infeksi bertambah itu mendapat hujan kritikan.

"Tidak ada perubahan dalam sikap kami untuk berhati-hati memulai kembali aktivitas ekonomi, sementara meminta masyarakat kooperatif dalam mencegah penyebaran virus corona," kata  Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada wartawan, Rabu (22/7)

Baca Juga

Sejumlah media setempat menulis kampanye yang bertajuk 'Go To Travel' menjadi  'Go To Trouble'. Dalam program itu, pemerintah akan mensubsidi biaya perjalanan sebesar 50 persen dari dan ke prefektur selain Tokyo.

Ibu kota Negeri Sakura itu dihapus dari kampenya karena jumlah kasus infeksi virus corona naik. Banyak gubernur Jepang yang ingin kampanye itu ditunda atau diubah.

Mereka khawatir program tersebut justru menyebar virus corona dari kota padat penduduk ke pedesaan. Gubernur Tokyo Yuriko Koike meminta warga Tokyo mulai Kamis (23/7) besok untuk tetap di tinggal di rumah selama akhir pekan.

"Sangat penting bagi orang lanjut usia dan warga yang memiliki penyakit penyerta menahan diri untuk keluar untuk yang tidak penting," kata Koike, Selasa (21/7) malam lalu.

Berdasarkan jajak pendapat surat kabar Mainichi sekitar 69 persen responden ingin program itu sepenuhnya dibatalkan. Kritik itu memperlihatkan kegelisahan masyarakat mengenai program yang para kritikusnya sebut pesan tak tegas pemerintah.

Tokyo ingin membangkitkan kembali ekonomi tapi tetap menahan laju penyebaran virus. Banyak pelaku industri pariwisata yang mengaku frustasi karena tidak adanya kejelasan dari pemerintah.

"Jelas pemerintah sembarangan dan sama sekali tidak siap, juga sangat sulit mendapatkan informasi mengenai skema ini karena banyak hal yang berubah," kata seorang general manager sebuah hotel di Osaka yang meminta namanya tidak disebutkan.

Presiden dan general manager Hotel Nikko Osaka, Hiroaki Gofuku mengatakan ia berharap kampanye itu dapat mendorong industri pariwisata. Tapi, ia juga berhati-hati agar tidak terlalu optimistis.

"Tokyo pasar besar kami, dengan kekacauan ini, kami sebenarnya lebih banyak melihat pembatalan," kata Hiroaki.

Menteri Ekonomi Yasutoshi Nishimura juga diperkirakan akan mengumumkan penundaan dibukanya kembali stadion dan event-event di aula pertemuan. Pemerintah Jepang berencana mulai Agustus mendatang untuk membuka kembali stadion dan aula konser hingga ke kapasitas maksimalnya.

Namun, karena angka infeksi bertambah diperkirakan mereka akan menunda rencana tersebut. Pada Rabu pagi ini, Tokyo mengumumkan kasus infeksi akan bertambah 230 kasus lebih. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement