Selasa 21 Jul 2020 00:58 WIB

Menkes Ekuador: Pandemi Covid-19 di Ibu Kota Kritis

Unit gawat darurat di rumah saki ibu kota Ekuador penuh pasien Covid-19

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
 Kerabat pasien yang didiagnosis dengan COVID-19 menunggu informasi di Rumah Sakit IESS, di Quito, Ekuador, 13 Juli 2020. Kemajuan Covid-19 di Quito, telah menimbulkan tekanan pada sistem kesehatan ibukota Ekuador.
Foto: EPA-EFE/Jose Jacome
Kerabat pasien yang didiagnosis dengan COVID-19 menunggu informasi di Rumah Sakit IESS, di Quito, Ekuador, 13 Juli 2020. Kemajuan Covid-19 di Quito, telah menimbulkan tekanan pada sistem kesehatan ibukota Ekuador.

REPUBLIKA.CO.ID, QUITO -- Menteri Kesehatan Ekuador Juan Carlos Zevallos mengungkapkan situasi pandemi virus corona di ibu kota Quito 'kritis'. Ia mengatakan dari bulan April hingga Juli kasur unit gawat darurat di rumah sakit-rumah sakit umum di Quito ditambah dari 61 menjadi 162.

Di stasiun televisi Teleamazonas, Zevallos mengatakan saat penambahan kasur dilakukan, di periode yang sama permintaan kasur rumah sakit di kota dengan populasi 2,8 juta itu naik 1,6 kalinya.  Berdasarkan data resmi Quito telah mencatat 10.599 kasus infeksi dan menjadi kota terdampak kedua setelah Guayaquil.

Baca Juga

"Situasi di Quito, situasi di (sekitar Provinsi) Pichincha, sangat kritis, artinya unit gawat darurat penuh," kata Zevallos, seperti dilansir Deutsche Welle, Senin (20/7).

Quito adalah kota pelabuhan yang juga dikenal sebagai gerbang Kepulauan Galápagos. Kota itu telah menjadi pusat wabah di Ekuador, ada jenazah yang berbaring kaku di pinggir jalan karena rumah sakit kewalahan menampung pasien.

Bulan lalu Wali Kota Quito Jorge Yunda sudah memperingatkan unit gawat darurat di kotanya kesulitan memenuhi tingginya permintaan. Pada pertengahan Mei, negara Amerika Selatan itu mulai melonggarkan pembatasan sosial.

Namun, kini pihak berwenang mengatakan karena jumlah kasus infeksi terus bertambah mungkin mereka perlu menutup kembali ibu kota tersebut. Ekuador yang berpopulasi 17,5 juta jiwa itu sudah melaporkan lebih dari 74 ribu kasus infeksi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement